Desember 27, 2011

can you smile

I remember that feeling from a long time ago
When I looked at you
I remembered that time when I knew you
And you knew me
I think about those desperate times
When I wanted to be like you,
To hang out with you
But it’s merely a memory that passed

And, can you smile? You want this,
You hope for this, I can’t seem to have you
With only my heart
And, can you smile? I said to go,
I said that I’m okay
Seems like I can’t give you anything
But this to you in the end

I remember a long time ago
When I received your heart
I think of those times when you were
So loving towards to me, and I was thankful
We came across a farewell,
When we were the most in love
And when we were the happiest
I couldn’t hold you back because you were
So loving towards me, because I was sorry

And still, still, in the end, still I…
But probably in the end… I still…
And still, still, in the end, still I…
But in the end, I still…

But I was suffocating from your frequent words
You tell me with rage
That my way of talking and my actions
Made you lose your words
And they made your anger rise
On this violent night

The starts lit up the sky and the moon shone
And you went steadily down your path
The night and moon are coming,
They’re just covered up by stars
The moon will always stay there
I’ll always be here for you, want you

And, can you smile? I want to take
I want to hold it all back
Because you can only be happy
Once you leave my side
And, can you smile? I said to go
I said that I’m okay
It seems like I can give you nothing
But this in the end

Desember 21, 2011

sapardi djoko damono

Kita tidak mungkin tinggal terus menerus di dunia nyata,
dan agar hidup ini berlangsung dengan sebaik-baiknya,
kita perlu mengadakan perjalanan pulang-balik dari dunia nyata ke dunia rekaan.

Jika di dunia nyata gerak-gerik kita ada batas-batasnya,
di dunia rekaan kita mendapatkan keleluasaan
yang memungkinkan kita melewati batas-batas itu.

Desember 20, 2011

mencintaimu

mencintaimu
seumur hidupku
selamanya setia menanti

walau di hati saja
seluruh hidupku
selamanya kau tetap milikku

hanya satu yang mungkin kembali
hanya satu yang tak pernah terjadi
segalanya teramat berarti di hatiku
selamanya

mencintaimu
seumur hidupku
selamanya kau tetap milikku

Desember 19, 2011

and can you smile

and can you smile?
even though i want to hold you back
i want to hold you back

but if you are by my side
you only lose your smiles dont you?

and can you smile?
didnt i tell you to go
didnt i say i would be okay

because you can only be happy if you leave my side

di luar jendela

di sana, di luar jendela
aku melihatmu
berdiri tertegun 
tersenyum melihatku

sedetik...
aku juga tersenyum padamu
hanya itu yang bisa aku lakukan
aku tak bisa berkata-kata

aku bahkan tak mampu mengatakan 
sebuah sapaanpun
untuk memanggilmu

tapi di hatiku
telah penuh dengan dirimu

sekian lama aku hanya mampu
membayangkanmu di anganku
kini aku bisa melihatmu
benar-benar ada

masihkah aku ada
dalam ruang hatimu

penuh tanya,
mengapa kau masih mau datang
meluangkan waktumu
menemuiku

tapi belum lagi terjawab

di sana
di luar jendela
sudah tak terlihat lagi dirimu

akankah kau berada kembali
untukku sendiri




nisan

bukan kematian benar menusuk kalbu
keridlaanmu menerima segala tiba
tak kutahu setinggi itu di atas debu
dan duka maha tuan bertahta

di hatiku

tahukah bahwa ternyata aku masih punya
sedikit ruang di hatiku
yang ternyata masih berisi dirimu

aku hanya bisa menyematkanmu di hatiku
dalam bulir-bulir kenangan indahku

aku tidak berharap apa-apa,
hanya ingin merasakan indahmu di anganku

bahwa masih ada sebersit rindu untukmu

Desember 15, 2011

the meeting

Detik Pertama
  "Non."
Sebuah sapaan yang mengejutkan aku. Aku ingin menoleh, tapi rasanya begitu berat. Aku mengenali pemilik suara itu. Aku masih belum lupa dengan sapaannya yang dulu pernah menjadi sebuah kebiasaan. Tapi hal itu sudah lama berlalu. Bahkan aku sudah lupa kapan terakhir kalinya mendengar.


Detik Kedua
Aku menghentikan langkahku. Untuk sesaat kukira aku akan memberanikan diri untuk menoleh. Namun aku merasa akan sia-sia nantinya jika aku melihatnya. Mungkin yang terasa hanyalah kepedihan yang kembali terulang. Akhirnya kuputuskan untuk diam saja. Mematung.
Dan luka itu kembali terbuka.  Aku sudah benar-benar ingin menguburnya, ketika sebuah sapaan tadi malah memunculkan kembali gambaran-gambaran yang dulu pernah menghiasi hari-hariku. Aku masih ingat ketika pertama kalinya aku tidak percaya dengan kata-katanya, tapi ternyata itulah sebuah kenyataan yang harus aku hadapi. Aku mendengar sendiri dia mengatakan padaku bahwa aku sudah tidak diperlukan lagi, ah bukan, aku sudah tidak diinginkan lagi olehnya. Penuh tanya aku menemuinya, meradang, dan jawaban yang aku dengar adalah "Maaf, selama ini aku tak bisa menjagamu. Aku tak bisa lagi membelamu. Aku harus menyerah dengan keputusan orang tuaku." Aku terpana.
Saigo no kisu wa tabako no flavour ga shita. Itu benar-benar terjadi juga padaku. Aku memang yang memintanya. Untuk terakhir kali. Dan sungguh pahitnya masih terasa begitu menyesakkan. Aku sudah tidak ingat lagi berapa lama aku berada dalam kedukaan, keputusasaan, kesedihan yang sama sekali tak mampu aku hindari. Setiap hari adalah hari baru untuk belajar mencintai, tapi tetap tak bisa aku sembunyikan sulur-sulur masa lalu yang masih menyisakan pahit itu.
Aku belajar untuk tidak lagi menoleh ke belakang.

Detik ketiga

Desember 14, 2011

you

I'm gonna make you love me
i love you, i’m only happy when you are here
i always just need you

Even though i can’t say it right now, even when i keep getting nervous looking at you
i always think of you , you don’t know yet, you don’t know my love, i just need you


I want you like this, i just keep seeing you
in my head it’s filled with the thoughts of you.
I’m so happy all day, i sing a song for you anytime

Because of you.. I only think of you
you you you now
love me, love me, only look at me

When you are so tired and facing hard times, when you are in pain
i’ll be satisfied if i’m the person you look for, i’m happy with just that
baby alright

I was the silent one who said that i was never going to have a one-sided love in my life
that i was going to meet someone who loves me
but you are the girl that who broke all of that, how sad is this
i leave a message on your phone using the emoticons that i thought were so corny
you are the first girl who changed me this much

Because of you.. I only think of you
you you you now
love me, love me, follow me

Slowly i will move closer to you
i will now tell you gathering up my courage

I love you, i like you, i only need you 

Instead of some awkward relationship of love that doesn’t last for thousands of years
the distance between you and i is like a road full of traffic, it’s just feels hopeless, we aren’t even far or close
i think it’s about time we got closer, i’m a little impatient, but i’m not being forceful
i just want to escape the nervousness and uncertainty of losing you
i want to walk with you on a bright sunny day

coffee break

" Cappuccino pahit masih saja kau suka."
" Jangan lupa, kopi juga."
" Apa hebatnya rasa pahit yang gak bisa langsung hilang."
" Kau akan suka kalau sudah terbiasa."
" Ya memang, kita bisa menyukai sesuatu karena terbiasa."
" ..."
" Aku sudah terbiasa mencintaimu, meski pahit aku menyukainya."
" Kau bisa melupakannya."
" Tidak. bagiku tidak bisa."
" Sampai kapan kau akan bertahan?"
" Seribu tahun, sampai aku tidak bernafas lagi."
" Kau gampang banget merayu."
" Kau yang selalu membawaku ke arah itu."
" Itukah alasan kau beri aku barang-barang mahal itu?"
" Kita bisa memberi tanpa mencintai, tapi kita tidak bisa mencintai tanpa memberi."
" ..."
" Kau tak pernah lelah?"
" Rasa cintaku telah mengubur semua rasa."
" Mulai lagi..."
" Akan kuberikan semua milikku, please be mine."
" Tapi mengapa?"
" Stop asking me why. Menyakitkan. Tahu!"
" ..."
" Karena jawabannya akan selalu sama. Karena aku sangat mencintaimu."
"..."
" Aku tahu kau bisa mengerti aku, kau bisa memahamiku, meski aku tidak bicara kau mampu mengerti arti tatapan mataku. Jadi tolong jangan membohongi hatimu sendiri."
" Kau yang jadi banyak bicara."
" ..."
" Kalau kau merasa lelah, berhentilah."
" Sudah aku bilang aku tidak punya rasa itu. Kau yang lelah dengan semua ini? Dengan obsesiku terhadapmu, dengan semua perhatianku?Tapi aku tahu kamu hanya membohongi perasaanmu sendiri. Kau jangan menyiksa dirimu dengan selalu berpura-pura begitu."
" Maafkan aku."
" Matamu sudah mengatakan semua itu padaku. Kamu jangan bicara lagi."

Desember 07, 2011

7 a.m

" Ufp, semalam mimpi ciuman,tapi lupa dengan siapa. Pasti karena aku teringat terus kisah cinta say dan young."
" Gak selalu kamu harus terbawa emosi semacam itu. Dasar kamu aja yang sukanya berkhayal."
" Iya sih. Tapi membekas banget deh, di hatiku."
" Hahaaaa..kalo kamu masih penasaran,mo bilang sendiri ato aku bilangin ke Pipimu itu???"
" Heh, gak usah lagi!!!Kok kamu jadi ngurusin hal itu."
" Siapa juga yang memulai pagi-pagi dengan topik mimpi ciuman."
" Aku jadi ingat pertama kalinya kita ciuman."
" Tuh kan, mulai lagi."
" Soalnya waktu itu sampe seminggu lebih masih terasa efek maksimalnya."
" Apaan tuh efek maksimal? Blum pernah dengar."
" Haha. maksudnya rasanya. Aku tidak mengira sama sekali Pipi akan  berani sampai pada hal itu."
" Iya sih, sama. Aku dulu juga begitu kok, pada yang pertama kali dengan Bis."
" Jadi berlaku pada semua orang dong. Aku ingat, aku tuh masih pegang amplop isi duit, dan kunci mobil, masih tertegun bingung kenapa dia ngasih duit segitu banyak, tahu-tahu tanganku udah ditarik gitu aja, sampai jatuh di pelukannya, sampai dan seterusnya, dan seterusnya."
" Dan bekas gigitannya seminggu belum hilang."
" Ya, betul-betul-betul."
" Apa yang selanjutnya masih terasa seperti itu?"
" Heh, kamu ini kok jadi wawancara gitu?"
" Lha kan sekalian kita sedang berada pada topik hot tentang ciuman."
" Entahlah, aku lupa."
" Keseringan ya?"
" Gak juga. Aku tidak merasa hal itu masih menjadi sesuatu yang heboh gitu deh. Jadi biasa. Paling-paling jadi enak karena sudah 2 minggu lebih kita gak ketemu, ato suasana mendukung, misal pas lagi berenang ato lagi ngopi di balkon, baru deh beda rasanya."
" Kalo aku sih gak begitu. Itu bisa jadi ungkapan perasaan cinta ketika kita ketemu, kadang pas sembunyi-sembunyi kita melakukannya di toilet, karena ada anak-anak yang lain, jadi lebih berkesan."
" Ada yang bagus lagi momennya, di mobil, macet pas hujan, wuih, benar-benar asyik."
" Kamu cerita siapa lagi selain aku?"
" Gak ada, kurasa cerita ke Yun juga gak ada gunanya. Dia kan belum ada pacar. Takutnya malah menyinggung perasaannya."


Desember 06, 2011

when i dream at night

i have been in love and been alone
i have travelled over many miles to find a home

now i just spend all my time
with anyone who makes me feel the way you do

coz i only feel alive when i dream at night
even though you're not real it's allright

i have never known what's right for me
til the night you opened my heart and set it free

Desember 05, 2011

Di Kamar Raf

"Ikut aku. I'll show you something." Lalu Raf hanya menatapnya. Dalam-dalam. Meski sedetik, dua detik, tapi terasa dia mengatakan, "Aku tak akan menyakitimu. Percayalah." Dan dalam diam, Putri mengikutinya tanpa ada sedikitpun penolakan. Mereka menuju mobil, melaju.

Masih dalam diam, resah dengan pikirannya sendiri Putri hanya bisa melihat keluar jendela, menatap tak menentu kemana-mana. Saat mulutnya terbuka terbuka hendak mengatakan sesuatu, tangan Raf tiba-tiba saja sudah menggenggam tangannya. Seolah mengerti dan bisa membaca pikirannya, Raf menatapnya,
"Percayalah, aku tak akan menyakitimu."
"Hmm iya."
"Aku ingin kau benar-benar tahu perasaanku."

Ternyata mobil berhenti di rumah Raf. seperti terhipnotis Putri diam mengekor di belakang Raf masuk ke dalam rumahnya, melewati ruang tamu,ruang keluarga, berbelok dan menaiki tangga menuju lantai dua.
" Mungkin ke kamarnya", pikir Putri.
Dan benar, di pintu ada tulisan Raf besar berbingkai bulan sabit. Pintu terkuak, Raf masuk lebih dulu, dan yang pertama terlihat oleh Putri adalah lemari besar penuh deretan buku, lalu perabotan kamar seperti tv, tempat tidur, sofa, dan tiba-tiba tatapannya berhenti pada foto besar dengan bingkai yang berukir indah. Perlahan Putri berjalan mendekatinya. Melupakan Raf sedang apa, tanpa memikirkan Raf masih ada di situ atau tidak. Putri terus mendekati foto itu, ingin meyakinkan diri bahwa benar dia mengenali orang dalam foto itu, sedang tersenyum tapi tanpa fokus ke kamera, seperti seseorang yang dipotret secara diam-diam.

Semakin dekat, terlihat jelas ada tulisan tangan di salah satu sudutnya "Princess of My Heart". Putri menghela nafas. Berat terasa, menyadari bahwa dia melihat gambarnya sendiri, yang terlihat begitu indah, sambil menghimpun ingatannya kapankah kira-kira foto itu diambil. Tapi sia-sia, tak akan pernah dia temukan jawabannya. Hingga tanpa terasa ada kaca-kaca bening menghalangi pandang matanya.
"Jadi benar Raf mencintaiku", kata Putri dalam hati." Tapi mengapa harus aku? Aku tak tahu harus sedih atau gembira. Aku merasa hampa, seorang diri merenungi nasib, mencintai orang yang sama sekali tidak mengerti perasaanku. Menjadikanku benda tak bernyawa, sebagai objek taruhannya."
" Aku akan selalu menunggumu. Sampai kapanpun. Walaupun harus seribu tahun aku menunggumu. Aku akan selalu setia. Di sini," tangan Raf sudah melingkari tubuhnya dari belakang. Kehangatan mengalir seiring dengan aroma tubuh Raf yang tercium begitu dekat. Putri hanya bisa menunduk, menahan gejolak di hatinya. Dan hal itu malah membuat air matanya yang sudah mengalir deras dari tadi menetes membasahi punggung tangan Raf.
" Aku menunggu kamu bisa mencintaiku", bisik Raf. Dan semakin deraslah hujan air matanya. Raf masih melanjutkan, " Kau tahu, hal inilah yang paling ingin aku lakukan selama ini. Memelukmu saat kau menangis. Merasakan dukamu, karena aku di sini untukmu. Aku ingin terus menjagamu. Bahwa kau tidak sendiri menanggung duka itu."

Putri merasa pelukan Raf semakin erat, seiring dengan isak tangis yang semakin mengguncang bahunya. Dia hanya ingin menangis, tak mampu mengatakan apapun.

Setelah beberapa lama, seperti ada kekuatan baru yang meringankan kakinya, Putri perlahan memutar tubuhnya, untuk kemudian membenamkan kepalanya di dada Raf, Merasakan aroma tubuh Raf di sela-sela isaknya yang masih belum kering. Raf memeluknya lebih erat sambil membisikkan," Aku di sini untukmu. Please jadilah milikku."




Apakah ini cinta?

Aku tidak tahu perasaan apa ini. Yang kutahu hanyalah saat aku meninggalkanmu ribuan kilometer jauhnya, terasa begitu dekat dengan anganku tentangmu, dengan bayangmu yang mengelilingiku, dengan mimpi-mimpiku berhiaskan dirimu. Semua yang kulihat adalah bagian dari dirimu. Semua yang kutemui adalah paras yang sama denganmu. Semua suara yang kudengar mengingatkanku padamu.

Apakah perasaan ini cinta? Aku tak tahu.

Selama ini aku hanya mengasah pisau dendam itu sampai berkilat. Tanpa sedikitpun rasa yang lain, selain kehampaan. Kosong yang terus menerus ada. sejak dulu aku tak pernah tahu arti cinta, sejak orang yang seharusnya mengajarkan aku tentang perasaan indah itu telah terenggut, aku hanya tahu rasa sepi, sendiri, sambil mencari-cari arti kehadiranku di dunia ini.

Hingga aku bertemu denganmu. Danau yang dalam di matamu telah menenggelamkan aku dalam rasa hangat di jiwamu. Kutemukan sekeping hatiku yang masih bersisi manusia, yang memiliki rasa takut kehilangan, dalam segalanya. Takut jika kau tinggalkan, takut akan kesendirian, takut jika kau tak kutemukan lagi setelah kupejamkan mataku. Sungguh ternyata aku masih memiliki secuil harapan yang tak tersentuh oleh kilatan pisau dendam itu.

Kau mampu memecahkan teka-teki di pintu hatiku, menjelajahi setiap lorong, merasuki setiap ruang, hingga kau temukan di situlah aku, sendiri meringkuk kedinginan dibalut sepi.
Kau peluk jiwaku yang rapuh dan lemah, kau alirkan hangatmu hingga aku mampu beranjak dan berjalan di sisimu. Aku merasa begitu dekat dan terikat denganmu. Aku takut kehilanganmu, karena kini kaulah satu-satunya alasan bagiku untuk terus hidup.

Jika perasaan ini cinta, maka aku sangat mencintaimu.

Layar ditutup

Desember 04, 2011

you're there

Aku melihatmu masih duduk termenung sendiri di situ. Di bangku itu. Setiap hari,pada jam istirahat,tanpa teman,tanpa siapa-siapa. Kadang kamu hanya mengutak-atik hp,kadang membaca,kadang juga hanya melamun. Seperti banyak beban yang kamu pikirkan. Sesekali aku juga pernah melihatmu menangis. Pernah aku sengaja menyapamu, dan saat kamu mendongak melihatku,aku melihat butir airmata jatuh dari sudut matamu.

Begitu ingin aku mendekatimu,duduk di sebelahmu. Mungkin akan kudengar ceritamu,atau sedu sedanmu, atau aku akan mendengar tawamu. Tapi tak kuasa kakiku melangkah mendekatimu. Seperti hanya mematung, aku berdiri di sini, agak jauh dari pandangmu, tapi masih dalam jangkauan kelilingmu. Aku masih bisa mendengar suaramu saat kamu menelpon seseorang, dan kudengar tawamu dari situ, sepertinya kamu sedang membagi bongkah-bongkah bahagia dengan entah siapa. Sungguh ingin aku menjadi orang yang sedang menelponmu itu.

Dan seperti sekarang, aku masih melihatmu dari bangku lain di sudut taman ini. Aku memberanikan diri untuk membawa diriku mendekatimu. Untuk kemudian duduk di sebelahmu. Tapi yang kulihat setelah aku mengatakan "Hai.." adalah sesuatu yang mengejutkan. Kembali kulihat ada bulir air mata menetes dari sudut matamu.
" Maaf. Apa aku mengganggumu?"
" Tidak. Ada apa?", dengan terbata dia mengucapkan kalimat itu. Agak terkejut sambil mengusap air matanya.
"Aku selalu melihatmu sendiri di sini. Kamu gak pernah ke tempat lain ketika jam istirahat?", aku berusaha mencairkan suasana seolah tak melihat air matanya yang membasahi pipinya tadi.
"Paling-paling hanya perpustakaan.Itu kalau sedang sepi baru aku betah di sana.". Ternyata dia tak sependiam yang aku kira. Aku jadi lebih berani lagi mengajaknya bicara. Mulai dari topik yang umum saja, hingga tak terasa waktu istirahat berakhir. Semoga besok aku masih bisa menemuinya lagi di sini, pikirku.

Hal yang paling membuatku marah, sedih, dan menyesali hari itu adalah sesuatu yang tidak aku kira sebelumnya, sesuatu yang di luar kehendakku. Aku tidak bisa menemuinya lagi pada jam istirahat karena aku harus mengikuti kegiatan di luar kota selama seminggu penuh. Betapa menyesalnya aku tidak mengetahui nonor teleponnya, aku hanya diam menahan marah saat teman-teman sibuk menelpon seseorang istimewanya pada jam rehat. Aku memang bodoh, dan sama sekali tak punya keberanian dalam memulai sebuah relationship yang indah dengan seorang indah bernama perempuan. Aku hanya bisa diam menahan rasa rindu, menahan semua kata-kataku yang begitu membuncah-buncah ingin kutumpahkan padanya.

"Aku merindukanmu", hanya itu yang aku tulis, di bagian tengah sebuah novel yang sedang aku bawa. Aku belum selesai membacanya. Karena aku susah berkonsentrasi untuk membaca. Mengerjakan tugas saja aku memeras otak begitu berat, hanya karena tugas itu adalah sebuah kewajiban.

Tiba-tiba terpikir untuk meminjamkan novel itu padanya. Semoga dia membaca tulisanku. Aku masih memikirkan bagaimana caranya agar buku itu bisa sampai di tangannya, ketika tiba-tiba saja dia muncul di depanku, mengulurkan sebuah buku, terlihat seperti novel juga, dan katanya,
"Kau boleh pinjam ini. Ada kalimat yang aku tandai. Coba kamu rangkai." Lalu dia tersenyum dan berlalu. Aku rasanya seperti diterbangkan angin, begitu ringan dan melayang-layang kehilangan gravitasi. Tak sabar aku membuka buku itu, tapi aku malah bingung tidak mendapati kata-kata yang dimaksudkan. Mungkin aku memang harus berhati-hati dan lebih teliti, karena aku merasa terlalu bersemangat sampai-sampai melupakan semua temanku yang sore itu mengajak janjian latihan bareng, aku tak peduli lagi.
"Sejak kapan kamu jadi lemot? Ada gebetan baru ya?" Bis mulai mengolok-olok.
"Biasa aja deh reaksinya. Aku sedang ada buku baru. Udah gak perlu ngurusin.", sahutku ketus.

Kembali kubuka dengan hati-hati lembar demi lembar novel itu. Novel biasa saja. Novel populer yang tidak begitu aku sukai, tapi kubuka-buka saja. Siapa tahu ketemu clue-nya. Dan satu demi satu lama-lama terlihat kata yang dimaksud. Segera kutulis dan ternyata hanyalah sebaris kalimat, "Terima kasih atas perhatianmu selama ini."

Aku tertegun, kembali kubaca-baca dan kuresapkan artinya. Mengapa dia mengatakan hal itu. Kukira akan kutemui kalimat seperti, "Aku merindukanmu" atau semacamnya. Tetapi semakin aku pikirkan, semakin lama aku merasa begitu dekat dengannya.

Hingga kemudian kutemui dia duduk sendiri lagi di bangku itu. Aku langsung mendekatinya. Tanpa pembukaan apa-apa aku langsung berkata
"Aku tidak merasa melakukan sesuatu kepadamu,juga memberimu sesuatu. Terima kasih atas apa?Maaf aku lama belum bisa membalas kalimatmu.Aku sibuk."
"Ya aku tahu. Atas entahlah. Aku hanya berterima kasih kamu pernah mendengarkan aku. Mungkin atas hal itu."
"Setiap kali aku melihatmu kamu selalu bersedih, kamu selalu melamun, dan seperti ada beban berat yang kamu rasakan."
"Ya", sahutmu tanpa menoleh.
" Tak baik menyimpan duka itu sendiri. Kamu tak ingin berbagi?"
"Untuk apa membagi luka? Tidak selayaknya membagi sesuatu yang tidak enak, tidak layak."
"Dan tidak semua orang menolak sesuatu yang tidak enak itu jika kau bagi. Aku tahu masalahmu dengan Raf. Maaf, aku tak bermaksud ikut campur, tapi itu kan yang kau risaukan?"
"Hmmm..."
"Sekali lagi maaf ya, aku tidak bermaksud apa-apa. Aku juga tidak membela siapa-siapa, tapi sebaiknya kamu melupakan dia."
"Ya."
"Dia akan membayarnya."
"Apa maksudmu?", matanya menyiratkan tanda tanya besar.
"Bukan apa-apa. Masih ada yang akan membuatmu bahagia. Masih ada hal-hal indah yang bisa membahagiakanmu,jadi kamu gak perlu terus-terusan dalam duka."
"Aku ragu kapan saat itu ada."
"Kau akan tahu suatu saat nanti. Tunggu saja."

Dan begitulah hingga akhirnya aku bisa dekat dengannya. Berbagi banyak hal bersama, mengerjakan tugas bersama, membaca buku di perpustakaan bersama, tapi seperti masih ada sesuatu yang belum tergapai. Aku masih terasa jauh baginya. Hatinya masih begitu rapat tertutup, tak menyisakan sedikitpun celah untuk aku melaluinya.

Please be mine, aku sangat mencintaimu. Hanya itu yang aku tulis di kartu ucapan untuk seikat mawar yang aku kirimkan padanya.Aku membayangkan reaksinya adalah tersenyum sendiri di kamarnya. aku membayangkan dia akan dengan segera menelpon aku untuk bilang terima kasih atau apa. Aku membayangkan.......
"Untuk apa kamu mengirim bunga ini?". Sungguh hal yang benar-benar di luar dugaan. Aku tak pernah membayangkan betapa dia akan berlaku seperti itu. Aku benar-benar tidak siap dengan reaksinya. Aku mengira dia akan bahagia menerimanya. Ternyata tidak.
"Maaf klo aku sudah terlalu jauh mengira-ngira aku bisa membangun sebuah relationship denganmu. Tapi memang benar adanya, aku jatuh cinta padamu setelah smua ini terjadi. Wajar kan jika aku ingin membuatmu bahagia. Aku tidak ingin melihat kamu menangis lagi."
" Aku tidak butuh belas kasihmu. Kau jangan jadi pahlawan kesiangan dengan mengasihani aku, sebagai orang yang telah dibuang oleh Raf. Aku tidak ingin berurusan dengan pria sepertimu. Apalagi membuat sebuah relationship. Kalian para pria sama saja."
" Jangan sembarangan menyamakan aku dengan Raf. Kamu pikir semua pria sama saja huh? Kau ingin aku membuktikan apa? Bahwa aku bukan pahlawan kesiangan yang memanfaatkan patah hati kamu untuk kemudian mengambil kesempatan mendekatimu? Ketahuilah, bahwa jauh sebelum Raf menyakitimu, aku sudah mencintaimu. Bahwa aku sudah mendambakanmu. Aku hanya berada pada saat yang tidak tepat ketika menemuimu di sini, selalu sendiri dan selalu bersedih. Aku tidak rela kamu dipermainkan Raf begitu saja. Aku tidak mengasihani kamu. Ingat itu. Aku mencintai kamu.", panjang-panjang kalimatku, aku sampai ragu apakah kalimat-kalimat itu akan sampai pada pikirannya. Karena aku lihat ada kaca-kaca bening mulai menghalangi pandang matanya.
" Maaf aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku hanya merasa kamu tidak pantas untuk disakiti. Seharusnya kamu dibahagiakan, dicintai, dan bukannya disakiti sebagaimana apa yang telah dilakukan Raf terhadapmu." Demi Tuhan, rasanya aku ingin memeluknya, menarik tubuh ringkih itu ke pelukanku, dan membiarkan dia sungguhpun ingin menumpahkan air matanya di dadaku. Tapi aku hanya diam mematung, di sampingnya, dan bahkan untuk meraih tanggannya ke dalam genggamanku saja aku tak sanggup.
" Sudahlah, kamu tak perlu berbuat apa-apa lagi. Sudah cukup aku terluka dengan segala urusan cinta, aku ingin sendiri saja. Setidaknya untuk saat ini. Aku masih belum bisa menerima apapun, siapapun, rasa percayaku terhadap hal itu masih belum sepenuhnya pulih."
" Sekali lagi maafkan aku ya, jika aku menyakitimu."
" Tidak apa-apa kok. Kamu tidak perlu minta maaf, aku yang seharusnya minta maaf, tak bisa memenuhi permintaanmu."
" Aku akan menunggumu. Sungguhpun sampai seribu tahun, aku akan menunggumu."

Aku melihatmu masih duduk termenung sendiri di situ. Di bangku itu. Dan ekspresi wajahmu semakin terlihat sedih, memendam duka yang mendalam. Aku tak mengenali apakah itu kesedihan atau penyesalan, atau keputusasaan. Terlihat begitu menyesakkan sehingga berkali-kali dia menghela nafas panjang, seolah membagi luka dengan udara. Ingin sekali aku mendekatinya, memeluknya, dan mengatakan bahwa aku akan selalu ada untuknya.

Tapi aku memang berada di sisinya sekarang, mungkin tanpa dia sadari.


Cinta

Cinta hadir tanpa kata dan isyarat yang pasti
namun dia tetap ada di kala mata terpejam,
di kala mata menurunkan tirtanya,
di saat senyum mengembang memenuhi paras yang indah,
dan di saat emosi membuncah

Cinta hadir seindah bunga sakura,
kehadirannya memberi kebahagiaan walau kehadiran cinta
tak selamanya memberi rasa bahagia
ataukah cinta tak harus berakhir bahagia
karena cinta memang tidak pernah berakhir

Tak Berjudul

Aku hanya ingin menyapamu dengan memanggil namamu
mendengar cerita,
tentang kisah impianmu yang telah pilu

Aku tak akan mengeluh di hadapmu
karena aku ada untukmu,
Tak kuhiraukan gundah di hatiku,
kubiarkan telingaku
mendengar semua isi hatimu

Tanpa kau tahu apa isi di dalam hatiku
tahukah kamu,
melihatmu tertawa adalah sebaris bahagia untukku

Ada Saatnya

Ada saatnya
Ketika bagiku tidak ada lagi buku yang menarik untuk dibaca
Tidak ada lagi musik yang enak untuk didengar
Ketika tidak ada lagi hal yang menarik untuk dilakukan

Karena semua yang ingin kulakukan
hanyalah memikirkanmu,
semua yang ingin kudengar 
hanyalah suaramu,
dan semua yang ingin kulihat
hanyalah dirimu

Karena saat-saat terindah bagiku
adalah saat bayangmu memenuhi ruang pikiranku
saat seluruh mimpiku dihiasi oleh parasmu

Desember 01, 2011

Prasasti Wanua Tengah

Catatan ini berasal dari sobekan kertas yang tak dikenal asalnya

Prasasti Wanua Tengah (908 M0 Mataram Hindu

1.  Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-738)
2.  Rakai Panangkaran (748-784)
3.  Rakai Panarakan (784-803)
4.  Rakai Warak Dyah Manara (803-827)
5.  Dyah Gula (827-846)
6.  Sri Maharaja Rakai Garung
7.  Rakai Pikatan Dyah Saladu (846-865)
8.  Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala (869-885)
9.  Dyah Tagwas (885)
10. Rakai Panumbangan Dyah Dawendra (885-887)
11. Rakai Guranwangi Dyah Rudra (887)
12. Rakai Wungkalhumalung Dyah Jehang (894-898)
13. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-908)
selanjutnya:
-  Daksa (910-919)
-  Tulodong (Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong Sri Sajanasamattanuragatunggadewa((919-924)
-  Wawa (Sri Maharaja rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wijayalokanamotungga) (924-929)
-  Wangsa Isana (928-1222)

seperti yang dulu

Berlari mengejar angin
tertepih riuh deburnya bunga
menanti cinta tulus akan menepi

Takkan lagi ku mendengar suaramu
sebagai keajaiban diriku

Bayang dirimu menghilang
takkan ku dengar lagi suaramu
nyanyikan keajaiban kecilmu
saat embun pagi datang
getarkan relung hati kecilku
akankah terasa lagi senja
yang hadir saat kau beri padaku?

i need you

from the day that i met you
i know that your love would be
everything that i ever wanted in my life

from the moment you spoke my name
i know everything had changed
because of you i felt my life will be complete

i need you, for the rest of my life
i need you, to make everything right
i need you, and a will never deny that i need you

nothing matters but you, my love
and only God above
could be the one to know exactly how i feel
i could die in your arms right now
knowing that you somehow would take my soul
and keep it deep inside your heart

tiga

biar pisau ini menembus jantungku
itu kan lebih baik

akan lebih menyiksa jika aku terus hidup,
meradang,
terluka karena mencintaimu

dua

jika dulu memang ada
rasa kagum pada diriku
apakah sekarangpun masih ada
setelah kau kagumi aku berulang-ulang

satu

dan tahu ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah