November 19, 2013

BIARKAN AKU SEJENAK DENGAN SENDIRIKU



Dengan suaramu yang mengalun perlahan, aku ingin mengatakan sesuatu. Sepagi ini aku sudah harus menghadapi kepahitan demi kepahitan hanya karena aku belum selesai mengerjakan tugasku. Aku sudah berusaha mengerjakan, dan mengapa pula masih menemui kebuntuan, yang berujung pada kenyataan pahit yang harus aku hadapi sendiri. Aku benci harus mengawali hari dengan ketidakenakan, padahal masih banyak pula yang harus aku kerjakan, dan jika belum kutuliskan keluh kesahku saat ini, besar kemungkinan aku tak akan bisa mengerjakan kelanjutan pekerjaanku. Itulah yang kerap terjadi padaku, aku agak susah membangun mood bekerja, jika sepagi ini sudah banyak ganjalan. Aku berusaha konsentrasi, tetapi selalu berujung pada ketidakmampuan otakku mencerna satu persatu pekerjaan dan emosi. Susah kupisahkan, karena itulah bagiku baiknya aku menulis emosiku, untuk kemudian dengan sendirinya akan memisahkan diri dengan pekerjaan sehingga aku bisa bekerja dengan lebih baik.
Aku sudah bosan mengata-ngatai para burung nazar ini dengan segala kosakata umpatan yang aku miliki, tetapi tetap saja hal tak mengenakkan yang diterima oleh telingaku. Aku merasa mereka menyudutkan aku saat aku tak siap apaun untuk menangkal segala perkataan tak enak yang harus aku dengar. Ketika aku sumbat telingaku, masih juga terdengar kicau meracau yang pahit itu di telinga, membuatku muak jika harus berlama-lama berada di salah satu lingkaran dante itu. Aku sekarang mengumpamakan berada di front office adalah berada dalam salah satu lingkaran dante. Entah baiknya lingkaran yang ke berapa istilah yang pas untuk menggambarkan kondisi di front office.
Aku hanya ingin sejenak berada sendirian saja, aku ingin mencerna kenyataan yang serba memuakkan ini, dengan caraku sendiri. Aku benar-benar tak mau ingin jeda untuk merasa seruangan dengan orang lain. Aku sebisaku ingin sendiri saja dulu, agar aku tak perlu merasa harus berada bersama dengan orang lain.

Antara kita memang ada yang tak tertampung kata
Selain sebagai getir

DARI SUDUT PANDANG L



Aku mencari-cari di seluruh taman hotel, seperti orang bodoh, berkeliling, berusaha menanyai beberapa orang yang aku temui. Hingga akhirnya aku melihatnya duduk sendiri di sebuah ayunan. Di tangannya ada sebuah buku yang tertutup, dan kepalanya tertunduk lesu, mungkin memandangi kakinya yang terayun. Kulihat sesekali dia menyeka matanya, seolah airmata itu tak bisa berhenti. Perlahan kudekati dia, masih tak menyadari kehadiranku, dia masih menundukkan kepalanya. Aku berhenti di depannya, berjongkok agar sejajar dengan pandangnya. Kulihat matanya yang sembab, raut mukanya yang kuyu, dan kosong tanpa ekspresi. Aku merasa begitu bersalah, mengetahui semua itu adalah karenaku. Aku telah lama merasakan perhatiannya, dia juga pernah terus terang menyatakan perasaanya, yang kubalas dengan diam. Aku tahu mungkin hal itu pula yang menyebabkan perubahan yang kini aku lihat. Butuh waktu agak lama bagiku untuk menyadari bahwa benang-benang itu memang mengikatku pula. Aku mulai merindukannya saat dia tak ada.
“Kau menghindariku ya?”
Perlahan diangkatnya kepalanya, menatapku. Dengan tatapan yang masih nanar, kurasakan getaran kesedihan yang begitu besar menghimpit perasaannya. Aku turut dalam rasa sedih itu, membuatku semakin merasa bersalah.
“Aku mencarimu.”
Ada apa?”, balasnya masih dengan pandangan kosong, seolah tak menyadari kehadiranku.
“Jika aku katakan aku juga mencintaimu, apa kau akan terus bersikap seperti ini?”
“……..”
“Aku merindukanmu”, akhirnya kata-kataku meluncur begitu saja, karena melihat semakin lama dia semakin menderita, dan itu semua karena aku. Aku ingin melakukan apa saja hanya demi melihat dia bahagia. Aku tak mau dia terluka lagi karenaku.
Dia masih belum menanggapi aku. Kugenggam tangannya. Kucoba untuk menatapnya, meski aku harus mendongakkan dagunya untuk bisa langsung melihat ke matanya. Kulihat tatapan sedih itu, matanya berkaca-kaca, dan aku semakin tak tahan untuk tidak memeluknya. Kupeluk dia agar dia bisa terlindungi, dan aku ingin dia menumpahkan perasaannya lebih dekat padaku. Dia menangis tersedu di dadaku. Masih kupeluk dia, kubelai rambutnya,
“Aku tak mau jauh darimu. Jadi jangan menghilang lagi karena aku tak bisa sendiri, tanpamu.”
Setelah beberapa waktu, kurasa dia sudah mulai tenang. Kurenggangkan pelukanku, kutatap kembali matanya,
“Aku mencintaimu.”
“Ya, aku tahu”, jawabnya singkat. Dan sebelum dia menundukkan kepalanya lagi kukecup bibirnya.

CERITA LAIN



Subject: aku tak sanggup melupakanmu
Demi tuhan, mataku tak mau beralih darimu. Aku seperti orang yang sesak nafas. Dan memandangmu bagiku seperti menghirup kuat-kuat udara untuk melegakan nafasku. Untuk kemudian aku simpan dalam diriku, sepenuh hati agar aku masih bisa membayangkanmu saat kau tak berada dalam jangkauan pandangan mataku. Aku menyukai segala tentangmu, cara pandangmu, cara tersenyummu, meski aku tahu ditujukan untuk seluruh audience, tapi seperti terasa tertuju pada satu orang yang berada di depanmu. Aku ingin menjadi satu orang itu. Begitu spesialnya tatapanmu itu. Aku terus membawa aroma pandanganmu hingga saatnya aku tiba di rumah untuk memejamkan mataku, aku masih bisa terus melihatmu.

Aku mengakui aku telah jatuh cinta padamu, aku tak mampu lagi menyembunyikan hal itu. Aku tahu hal itu sangat menyakitkan, karena aku merasa kau tak menyukaiku, kau masih saja tak perduli denganku, seperti kau tak pernah melihatku saja. Aku tak mengerti pula apa yang menjadi beban pikiranmu sehingga kau terus saja tak perduli sekitarmu.

Aku ingin diam saja memendam perasaanku, aku ingin menjauh darimu. Agar aku mampu menata hatiku. Aku akan menghilang saja tiba-tiba dari sekitarmu, seolah aku tak pernah ada, semoga aku mampu.

Aku tak sanggup lagi memendam luka, dengan melihat ketidakpedulianmu. Maaf.








Subject: setelah beberapa waktu yang menurutku terlalu panjang
Aku sebaiknya menuliskan kata-kata yang berlompatan liar di kepalaku, dan meredam jeritan YH di telingaku.
Aku sudah mencoba mengalihkan perhatianku dengan bekerja melewati batas waktu, menyibukkan diri dengan banyak hal yang dulu selalu aku bilang sia-sia, seperti berbelanja pakaian dan berkumpul dengan para teman wanita. Aku dengan senang hati bersedia membantu mengerjakan tugas beberapa teman terdekatku, hingga badanku yang kelelahan akan berontak, kemudian aku berhenti sejenak. Tetapi tetap saja tak mengubah apapun tentang rasa cinta terhadapmu. Aku semakin terpuruk, saat menyadari selama ini bukannya aku melupakanmu, malah aku semakin membuat jurang yang curam untuk memerangkapku lebih dalam lagi untuk menghindarimu. Kudapati diriku semakin merindukanmu. Dan hanya butuh beberapa minggu saja aku sudah merasa tidak sanggup lagi mengalihkan perhatianku. Aku juga sudah berusaha untuk mengambil liburku, yang kemudian hanya aku habiskan di perpustakaan semata-mata hanya untuk membuat otakku tetap berpikir, dan bukan memikirkanmu. Dan liburan itu hanya menambah bebanku ketika aku sadar setiap kata yang aku baca, berakhir pada mencoretkan inisial namamu di lembaran kertas memo.
Sekarang kuputuskan aku akan menghadapi perasaanku sendiri. Aku ingin sembuh dari sakit ini.
Aku akan berhenti menghindarimu, aku akan menguatkan diriku, bahwa dengan mencintaimu, berarti membiarkanmu bahagia dengan segala yang kau lakukan.



Subject: ternyata aku tidak tahu
Aku bertemu denganmu. Sesuai dengan tekad yang telah kuputuskan, aku akan menghadapimu, meneguhkan hati bahwa aku mencintaimu, sebagaimana apapun kamu sekarang. Kenyataannya, aku masih harus lama menyesuaikan deburan jantungku saat menerima senyummu. Aku masih harus menyesuaikan diri dengan keberadaanmu, dengan tatapan matamu. Aku hanya tidak menduga reaksimu, kau menatapku seolah aku baru kau temukan di dasar lautan, kau katakan lama sekali tak melihatku, membuatmu melakukan banyak tindakan bodoh. Aku tak mengerti yang kau maksud dengan tindakan bodoh yang kau lakukan itu. Aku diam menerima semua ucapanmu yang kurasa sudah melebihi kebiasaanmu untuk berkata-kata kepada orang lain. Aku mendapati cahaya berpendar-pendar dari matamu, seperti ada butiran mutiara di dalamnya. Aku tak bisa mengartikan ucapanmu, apakah itu sebentuk kerinduan, ataukah kepedulian, ataukah memang sudah selayaknya sambutan untuk kawan yang lama menghilang. Kudapati diriku diam mematung memikirkan betapa bahagianya andai aku bisa merengkuhmu dalam hatiku. Aku berusaha memejamkan mataku, saat kurasa ada jarum yang menusuk hingga perih. Aku merasa ini merupakan siksaan yang harus kuderita secara perlahan. Aku harus kuat. Aku harus memenuhi tekadku. Mungkin diam adalah yang terbaik untukku saat ini.






berbalas email



Subject: jangan marah dulu!
Aku mendapatkan alamatmu dari membongkar lemari arsip ditambah membayar petugas untuk mencarikan, dengan banyak paksaan di sana-sini. Hehe..yang belakangan aku bergurau kok.
Sebenarnya aku memaksa beberapa orang untuk memberikan alamat ini padaku, dengan harga mahal. Maksudku mereka rata-rata tak mau uang, tapi banyak hal lain yang harus aku lakukan. Tapi tak apalah. Demi kamu, segalanya, apapun, pasti akan aku lakukan.
Aku sudah mengakui dari awal bahwa aku memang serius menyukaimu, dan bahkan semakin hari, aku semakin jatuh cinta padamu. Jangan salahkan aku jika kau mulai menjadi bagian dari setiap tarikan nafasku. Karena aku hanya ingin hidup bersamamu.
Aku cukup tahu bahwa kamu tak akan pernah mengatakan kata-kataku tadi bentuk lebay atau apapun untuk menarik perhatianmu. Aku tahu kamu pasti hanya bereaksi dengan diam. Aku tahu kamu hanya mengatakan hatimu lewat matamu. Itu yang mampu aku baca darimu.
Sebenarnya aku sangat bahagia saat ini, juga resah, gelisah menanti jawabanmu. Kira-kira apa kamu akan marah atau malah melakukan hal yang aku benci, yaitu menghindari aku. Aku akhir-akhir ini sering melamun, membayangkan kamu, tapi pasti karena terpengaruh oleh bacaanku. Bagaimana aku tak teringat padamu, karena bacaanku selama ini hanyalah kisah cinta yang mendayu-dayu, yang semakin membuatku tak pernah berhenti memikirkanmu. Itu kulakukan karena aku tak mampu lagi membaca bahan yang lebih berat. Tugas-tugasku akhirnya menjadi beban yang tak kunjung berakhir. Aku semakin membenci hari-hari dimana aku harus bersikap wajar, selayaknya tak ada peristiwa apa-apa, tetapi hatiku hanya mampu untuk diam, melamun, dan mataku lebih menyukai untuk tertutup dan membayangkanmu. Katakan saja aku aneh, tapi bukankah seperti apapun keanehan orang yang sedang jatuh cinta tetap saja hal yang manusiawi.
Bagaimana denganmu? Aku sebenarnya tak berani mengatakan ataupun menanyakan tentang perasaanmu, karena aku takut kau akan salah mengartikanku.
Aku hanya ingin balasan perasaanmu. Aku masih menunggu. Segala yang tak terkatakan darimu, sangat menyiksaku.








Subject: balasan
Kau selalu mengira diamku berarti marah, dan diamku selalu menjadi top-reaction. Sebenarnya tidak. Aku mulai merasa kau akan tahu, dan sudah pasti kau sudah menduga reaksiku, bahwa aku pasti terdiam dengan seluruh ungkapan perasaanmu. Kau bisa mengerti aku jauh melebihi orang yang kau sebut teman, teman dekat, atau sahabat. Aku tak berani mengatakan kalau aku sebenarnya tidak mengerti harus bersikap seperti apa yang kau harapkan dariku. Aku pun ingin membuatmu nyaman dan senang berada di dekatku. Terlepas apakah aku sanggup mengatakan perasaanku atau tidak. Sejujurnya akupun merasa senang berada di dekatmu, tetapi aku masih belum yakin dengan perasaanku bahwa sebenarnya kamu masih mengharapkan sesuatu yang lebih dariku. Bukannya aku lama-lama akan merasa muak, jauh dari hal itu, tapi semakin lama aku semakin hafal dan terbiasa dengan segala bentuk perhatianmu itu. Kau boleh tersenyum sekarang-aku kadang merindukan saat-saat semacam itu saat kau jauh.aku pasti akan melantur jika sudah berada di depan layar semacam ini dengan banyak kata berlompatan di kepalaku. Sebaiknya aku hentikan saja. Aku akan menemuimu jika ada kesempatan, agar kita bisa lebih banyak bercerita.







Subject: aku sangat senang
Jika kau mulai merasa merindukan aku, katakan saja, aku pasti akan berlari menemuimu. Benar loh. Aku tidak bergurau. Aku pasti akan menemuimu, agar kau tak lagi gelisah menungguku. Ah, aku bicara seolah kau sudah benar-benar sudah menjadi milikku. Aku menunggu saat itu, saat kau sudah tak ragu lagi  menjadi milikku. Aku menunggu.






Subject: aku suka berbalas email
Aku mungkin lebih mudah mengungkapkan isi kepalaku jika berada dalam dunia semacam ini. Dan bukan sedang berada di hadapanmu, yang seringya selalu meruntuhkan pertahananku, setebal apapun.





Subject: aku ingin bertemu
Karena aku sangat merindukanmu.







Subject: hahahaaa…..
Tidak terlalu sulit membayangkan reaksimu semacam itu.







Subject: aku semakin merindukanmu
Mengapa pula kemarin kita tak bisa bertemu dalam satu-satunya kesempatan yang aku miliki. Kini aku mulai menyesali sedetik yang telah terlewati itu dengan selalu mengutuknya menjadi beku. Eh, bukannya jika sedetik kemarin itu membeku, hari ini tak akan berlangsung? Aku tahu kamu pasti mulai senyum-senyum karena aku mulai menarikan jari-jariku untuk mewakili isi kepalaku. Karena aku benar-benar marah dengan kemarin yang tak bisa menemuimu. Bahkan mungkin tarian jariku masih terselubungi emosi. Aku jadi menjadi sepertimu, lebih banyak berkata-kata dalam tulisan, seolah menelepon saja tak cukup. Karena jika aku menulis, kamu pasti jauh lebih mampu memahamiku. Aku tahu itu. Dan semata-mata aku lakukan hanya demi kamu. Tapi memang aku sedang punya beberapa hal yang ingin aku sampaikan padamu. Aku mau beritahu kamu tentang jadwalku untuk minggu depan.  Lalu aku mau memberitahumu tentang kondisi di sini, aku akan menyertakan foto-fotoku. Atau kau ingin foto yang lain juga? Aku tak mau, maaf. Aku ingin kau resensikan beberapa buku. Aku sudah membelinya, dan kukirim ke alamatmu. Tunggu saja barangnya pasti datang. Tolong kau buatkan resensinya, dan aku ingin tahu juga pendapatmu pada masing-masing buku itu. Aku bermaksud membacanya nanti jika aku sudah kembali. Jangan menolak, please. Aku semakin mencintaimu.








Subject: resensi masih dalam proses
Kau ini, maunya menulis hanya karena butuh tenagaku untuk resensi, dan karena sedang order buku. Bukunya sudah sampai di tanganku. Aku ingin bertanya padamu, mengapa kamu belanja begitu banyak. Bagiku semuanya menarik, hanya ada satu yang aku merasa itu bukan gayamu, jika membaca buku semacam itu. Tumben kamu berselera dengan buku psikologi. Mungkin buku yang itu tidak bisa aku resensi. Otakku tak bisa mencerna buku semacam itu. Jadi maaf ya. Yang lain pasti aku kerjakan. Dan karena kemarin aku tak kau beri deadline, jadi aku kerjakan sebisaku dengan tenggat waktu yang aku tentukan sendiri. Di sela-sela tugas rutinku. Kamu jangan marah dulu. Aku usahakan selesai saat kau kembali. Entah kapan kita bisa bertemu lagi.







Subject: aku semakin mencintaimu
Terima kasih atas kiriman resensimu yang kemarin. Aku heran mengapa kamu harus berkomentar demikian, padahal biasanya dengan buku semacam itu kamu bisa lebih kreatif. Atau kamu sedang banyak pikiran? Sedang pms? Aku tidak menilai resensimu, aku cukup menghargai usahamu, karena aku sudah lama mengenalmu, jadi aku bisa tahu apa yang berada di benakmu saat menulis itu. Itu sudah sangat membantuku. Kamu ingin aku belikan apa jika aku pulang nanti? Aku harusnya sudah tahu jawabanmu, tapi setidaknya aku ulangi pertanyaan itu, karena siapa tahu kamu berubah pikiran dan memiliki jawaban lain yang di luar perkiraanku. Aku sayang kamu






Subject: aku memang sedang pms
Maaf jika resensi yang kubuat tak sesuai dengan harapanmu. Aku memang sedang
banyak tugas, pms yang kuderita juga kurasa menambah berat bebanku. Aku lebih menyukai tiduran, dan mungkin akan lebih mudah jika aku stay di rumah sakit saja, tapi aku tak bisa meninggalkan tugasku. Ada ujian. Jika aku stay di rumah sakit, mungkin aku bisa lebih berkonsentrasi mengerjakan. Tapi setidaknya meskipun tidak maksimal, aku masih bisa mengerjakan tugas yang kau berikan. Aku tak sabar ingin dengar pendapatmu mengenai resensi yang akan kukirim ini.






Subject: tak ada kata lain yang bisa mewakili
Yang berikut sudah lebih bagus. Eh, sebenarnya sejak kapan ya aku menjadi penilai resensimu? Dan mengapa pula kita berkirim email hanya untuk membahas resensi buku? Kapan kita membahas tentang kita? Aku merindukanmu.







Subject: entahlah
Aku tak punya banyak kata-kata untuk melukiskan hubungan yang terjadi antara kita. Sebuah relationship semacam apa yang aku bangun denganmu ini. Aku sendiri tak yakin dengan perasaanku. Jadi maafkan aku jika aku belum bisa menulis tentang kita.













Alone In Love



Eonjena geochimeopdeon naega jogeumssik
Nunchireul bogo isseo
Geoteuron gwansim eomneun cheok
Chagaun dosiui namjain cheok

Aesseo oemyeonhago natseoreun malturo
Neol mannawasseo
Yeonghwaga anijanha geu deuramaui
Geu namjaga anijanha

Ije deo isang nae mamgwa dareuge
Neol daehal sun eobseo
Nega joha soljikhan nae mam deureobwa jullae

Uri yeonaehalkka
Na oraetdongan solloyeoseod
Yeonaega seotulji moreujiman
Ne jeon namjachinguboda nega mannan
Modeun namjaboda gajang neol saranghalge
Uri yeonaehalkka

Naega meomutgeorineun dongan neoege
Ssodajineun dareun namjadeurui
Gwansim gadeukhan nunbit chinjeolhan taedo
Nan jeongmal michigesseo

Ije deo isang nae mamgwa dareuge
Neol daehal sun eobseo
Nega joha soljikhan nae mam deureobwa jullae

Uri yeonaehalkka
Na oraetdongan solloyeoseo
Yeonaega seotulji moreujiman
Ne jeon namjachinguboda
Nega mannan modeun namjaboda
Gajang neol saranghalge
Uri yeonaehalkka

Uri yeonaehalkka
Na oraetdongan solloyeoseo
Yeonaega seotulji moreujiman
Ne jeon namjachinguboda
Nega mannan modeun namjaboda
Gajang neol saranghalge

Uri kiseuhalkka
I love you ireon dalkomhan mal
Maeil haejugo sipeunde
Na yonggi inneun namja doeeo
Kkok neoreul gajigo sipeunde
Nae gyeote isseojullae
Uri yeonaehalkka

I always used to be unstoppable
But little by little, I am getting cautious
On the outside, I pretend to not have interest
I pretend to be a cold city man
With efforts to turn away and with strange words, I met you
This isn't a movie, I'm not that guy from that drama

* Now, I can't treat you differently from how I feel
I like you, will you please listen to my honest heart?

** Shall we date?
I was single for such a long time, that I might be bad at dating
But, more than your ex-boyfriend,
More than any guy that you've met
I will love you the most
Shall we date?
While I was hesitating, there were so many other guys
Looking at you with great interest and treating you nice
I think I'll go crazy
I wondered if maybe I should just turn away but no I can't
That's not being a man if I just turn away like this
Shall we kiss?
I want to tell you sweet words like "I love you" every day
I need to be a man of courage
I really want you
Will you stay by my side?
I don't think it's because I didn't have time or my standards are high
I have waited alone for a long time
To become a prisoner of a woman, who I don't even know
I am telling you that woman is you
Can I tell you what I told you before again?
Shall we kiss?
I want to tell you sweet words like "I love you" every day
I need to be a man of courage
I really want you
Will you stay by my side?
Shall we date?