Februari 26, 2015

saatnya menyatakan cinta

Aku masuk rumahku kembali, menyusuri lorong menuju kamar untuk meletakkan semua barang yang baru saja aku beli. Kemudian aku kembali menuju dapur, menyeduh kopi, dan ingin mengistirahatkan badanku sambil menyesap kopi. Aku sudah duduk santai di sofa, sambil mendengarkan musik dari penyanyi kesukaanku, yang sengaja kuputar keras-keras karena aku semakin merasa sedih jika mendengar desah suaranya. Aku justru merasa  tidak tenang dengan lagu yang mengalun di ruang dudukku yang malah terlalu luas bagiku. Aku semakin terasing di rumah baruku. Aku hanya bisa berjalan mondar-mandir beberapa waktu, untuk kemudian melamun di sandaran kursi yang rendah. Aku mencoba mengalihkan perhatianku pada interior pilihan ayahku untuk rumah baruku ini, tapi juga tak bisa benar-benar mengalihkan perhatianku seratus persen dari galau karena sedih. Sedih jika aku ingat perjalanan hidup, beban yang harus aku selesaikan sendiri, dan aku yang merasa terdampar sendirian di negeri yang jauh dari sanak keluarga, kecuali satu-satunya ayah kandungku. Mungkin aku bisa memulai hidup baru dengan mengenal saudara dari pihak ayahku. Tapi aku merasa tak mungkin, hanya karena aku bukanlah anak yang berasal dari perkawinan yang sah. Ah, hidupku... Aku mendesah perlahan.
Musik masih mengalun, akhirnya kupelankan suara Yong agar aku terbuai suaranya. Biarlah kali ini aku memanjakan diri dengan bayangan dan semua kenanganku tentangnya. Aku masih ingat saat terakhir kalinya aku bekerjasama dengannya dalam pembuatan mv lagu terbarunya. Aku lagi yang menjadi role model dan berpasangan dengannya. Aku menjadi kekasihnya yang sangat bahagia, yang melalui hari-hari selalu dengannya. Aku tak hanya harus bermain bagus dalam membawakan peranku, aku harus bersikap jatuh cinta sampai hampir gila kepadanya. Bukanlah hal yang sulit bagiku, mengingat aku sebenarnya juga menyukainya. Aku sudah mengatakan hal itu padanya, meski aku tak mendapatkan jawaban yang memuaskan bagiku, asalkan dia masih mau menemuiku, sungguhpun sebagai fansnya aku sudah merasa bahagia. Aku tahu aku bukan tipe ideal yang diinginkannya. Dan rasa sukaku padanya berbuah kepahitan, kesedihan, dan galau bagiku yang tak kunjung berakhir. Membuat pikiranku semakin sibuk, untuk sesering mungkin mengusir bayangan senyumnya yang sangat aku sukai. Aku tak mungkin bisa memilikinya, aku setiap saat meyakinkan diriku agar aku kuat ketika harus sering berhadapan dengannya ketika bekerja. Aku ingin bersikap profesional, karena aku tak mau kehilangan sumber penghasilanku. Aku belum tentu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi jika saat ini aku menyia-nyiakan pekerjaanku untuk hal yang hanya sepihak memuaskan hatiku. Aku harus bersikap serasional mungkin, mengesampingkan perasaanku yang manja untuk jatuh cinta padanya. Akhirnya meskipun aku pernah sekali tidur dengannya, malah menjadi sebuah kenangan indah yang pernah terjadi padaku. Aku tak berani mengakui jika aku sangat menginginkannya, aku hanya bisa bersikap acuh tak acuh, agar aku sendiri tidak terjerumus pada perasaan rindu kepadanya. Aku membiarkannya berlalu, seperti air mengalir. Aku masih harus bekerja seperti biasanya, melanjutkan studiku, dan misiku untuk menemukan ayah kandungku.
Waktu itu aku tak terlalu perduli dengan perasaanku, maka ketika anak direktur tempatku bekerja menghendaki aku menjauhi Yong, aku menyanggupinya. Dia membayarku untuk pindah pekerjaan ke kota lain, dan memberi uang yang cukup untuk biaya hidup selama kurang lebih setahun. Bagiku jumlah yang sangat besar, meski aku harus menukar dengan perasaan dan harga diriku. Aku tak mengenal banyak orang di sini, jadi mengapa aku harus memusingkan harga diri, pikirku waktu itu. Jadi praktis setelah pembuatan mv itu, tanpa pamit pada Yong, aku harus segera mengemasi barangku, dan berencana mencari pekerjaan ke kota lain. Sebelum itu aku masih menyempatkan untuk menemui teman-teman Yong yang sudah begitu baik selama ini bersedia membantuku. Aku menyerahkan sebuah puisi yang agak bernada sedih karena kehilangan, yang kuambil dari menerjemahkan sebuah puisi asing. Aku tak lupa mengatakan bahwa aku dipaksa anak direktur untuk pergi, karena itu aku pamit pada mereka, dan aku ingin puisi itu dijadikan lagu, jika tak mungkin, bisa dijadikan referensi saja, untuk penulisan lagu sedih darinya. Aku menuturkan ceritaku dengan cukup jelas, bahwa aku masih harus menemukan ayah kandungku, dan aku tak mungkin mengalahkan anak direktur untuk mendapatkan Yong, yang belum tentu akan membelaku juga. Jadi kumanfaatkan sekalian uangnya, agar anak direktur itu tak lagi semena-mena memperlakukan aku seakan aku nyamuk pengganggu.
Aku akhirnya pergi meninggalkan kota asyik itu, meninggalkan Yong, dan segala kenanganku tentangnya. Aku buang handphone dan kuganti dengan yang baru. Aku tak mau lagi berurusan dengan idol karena ternyata menyulitkan aku jika aku sampai jatuh cinta padanya. Aku ingin jatuh cinta dengan laki-laki biasa saja, yang akan membuat hidupku bahagia. Itu sebuah cita-cita sementara, agar aku bisa segera melupakannya. Jadi aku harus membuat pengalih perhatian. Aku mencoba untuk memulai hobi lamaku yang sudah tak kulakukan lagi, olah raga, dan mengganti aliran musik favoritku. Aku belajar bahasa asing juga, hanya semata-mata agar otakku tetap berpikir, dan tidak menuruti daya imajinasiku untuk membayangkan senyum Yong.
Aku dihubungi manajer Yong pada suatu siang selepas kelas bahasa asing yang aku ikuti. Aku terkejut dan berdebar-debar apakah kiranya aku akan mendapat pekerjaan yang berhubungan lagi dengan Yong. Tapi aku segera menepis perasaan itu, semoga saja bukan mengenai hal itu. Lalu kutemui dia. Ternyata ada seseorang yang ingin bertemu denganku. Sejak itulah dunia dan hidupku berubah. Aku menemukan ayah kandungku. Untuk pertama kalinya aku benar-benar lemas hanya dengan memandang pria paro baya di depanku, yang tersenyum, dan menatapku seperti tak percaya. Aku melihat mataku di matanya. Aku melihat senyumku di senyumnya. Aku bahkan bisa melihat alisku di alisnya. Dari gerak-geriknya aku secara naluri bisa mengenali rasa hangat di tubuhku, bahwa orang itu adalah ayahku. Mungkin karena pengaruh cerita ibuku mengenai dia, jadi aku bisa langsung mengenali hanya dari pertemuan pertama. Setelah pertemuan itu aku menjadi sibuk. Banyak yang harus aku urus, aku pulang-pergi beberapa kali ke negara asalku, untuk mengurus dokumen tentangku, mengganti kewarganegaraan, tes dna, dan sebagainya. Kurang lebih 3 bulan aku merasa berhasil melupakan kisah sedihku mengenai Yong. Aku masih menyesuaikan diri dengan ayahku, dengan rumah yang diberikan kepadaku, dengan statusku sebagai pekerja magang di perusahaannya karena aku masih belum selesai studi, dan aku juga tak mau menjadi boneka di perusahaan ayahku. Aku mulai memiliki teman baru, berkenalan dengan rekan sekerja yang baru, baik sesama karyawan magang, maupun dengan karyawan tetap. Aku tak mau menjadi anak direktur yang tiba-tiba muncul sebagai suksesor, tapi tanpa kemampuan, jadi aku rela menjadi karyawan magang, memberi salam hormat seperti karyawan lain saat berpapasan dengan ayahku. Padahal dia tersenyum membalasku. Saat akhir pekan selalu kami berkumpul dan sering bercanda mengenai hal ini.
Kali ini aku kembali dari berakhir pekan di rumah ayahku, dan saat memasuki rumahku, aku kembali merasa sepi. Untuk kesekiankalinya aku berhasil melupakan Yong. Tapi saat ini aku kembali menginngatnya, entah tadi dipicu oleh apa. Mungkin karena pertanyaan ayahku seputar hubunganku dengan Yong pada waktu dulu. Aku ingat aku tak menjawab sesuatu yang khusus kepadanya. Aku hanya mengatakan kalau aku sudah melupakannya. Dan hal itu malah membuat pertahananku untuk melupakannnya seketika runtuh. Aku malah terjerumus pada ingatanku tentangnya, saat-saat bersamanya, saat tidur dengannya.
Kuletakkan kopiku saat aku mendengar ketukan di pintu. Kurasa tak ada yang tahu alamat rumahku. Aku juga tidak sedang memesan makanan, jadi aku bertanya-tanya kira-kira siapa yang bertamu. Tak mungkin ayahku menemui, karena aku baru saja pulang dari rumahnya. Otakku masih belum bekerja secara optimal, jadi aku tak memikirkan apapun saat beranjak untuk membuka pintu.
Setelah kubuka pintu, Yong masuk begitu saja, menyorongkan seikat bunga kepadaku. Dia menggerutu pelan, melepas sepatunya, seakan sudah biasa bertandang ke rumahku. Lalu dia memandangku karena aku masih belum bersuara, belum beranjak dari tempatku berdiri, mungkin masih melongo melihat dia, mataku tak melepas sedikitpun pandangan selain padanya, sambil memegangi bunga yang tadi dia sodorkan.
"di luar sangat dingin, apa kau tak menyuruhku masuk?" akhirnya ada satu kalimat runut yang diucapkannya, yang tertangkap telingaku. Meski masih bengong mendengar dia bicara, aku masih belum beranjak, dan tergagap menyahut, "mm masuklah" kalimatku yang begitu basi membuatku  menunduk malu, mungkin wajahku sudah memerah.
Dia masuk, menuju ruang  duduk dan aku langsung menuju dapur untuk mengurus bunganya. Aku kembali beberapa saat setelah aku menenangkan debaran jantungku yang tak karuan setelah bertemu dengannya. Dia menatap sekeliling ruangan, kemudian menatapku. Aku menjadi kikuk, hal yang selama ini jarang terjadi. Karena malu, aku hanya mampu menunduk, tak mau menghadapi matanya. Dia datang begitu tiba-tiba, membuatku sangat kaget, dan senang! Aku seperti bermimpi, ingin selalu tersenyum, tapi aku tak mampu menatap matanya. Takut jika dia tahu perasaanku masih mencintainya, dia akan menjawab sebaliknya dan malah membuatnya pergi menjauh. Aku diam.
"kau sengaja menghindari aku ya?" pertanyaannya langsung menusuk hatiku. Aku tak menduga dia akan bertanya mengenai hal itu. Aku belum menjawab.
"aku tahu kamu dipaksa anak direktur untuk menjauhi aku. Aku tahu kamu sengaja tidak mengatakan apa-apa, tiba-tiba pergi, dan bersikap seakan tak ada apa-apa di antara kita" aku menangkap nada kemarahan dalam kalimatnya. Aku masih diam. Aku ingin membiarkannya mengatakan kalimat yang seharusnya sudah basi itu menghujani aku. Aku ingin dia berkata-kata sampai puas, lalu aku akan ganti menjawabnya. Tapi aku akan menjawab apa, sementara di otakku hanya ada kalimat  'aku merindukanmu'? Aku menunduk saja, seperti anak yang dimarahi orang tua. Sampai tiba-tiba dia diam, sampai mungkin saja dia sudah lelah berkata. Sekarang aku akan bicara, aku memutar otak untuk memulai kalimatku dari mana, aku ingin membalas semua kalimatnya, aku sudah membuka mulutku untuk bicara, tak ada kata-kata yang keluar. Karena dia sudah satu sentimeter di depanku, bahkan bisa tercium wangi tubuhnya, lalu menumpukan seluruh tubuhnya padaku. Aku berdiri terpaku di dalam pelukannya. Aku tak mampu membalas pelukannya sampai kemudian dia membisikkan kata-kata aku merindukanmu, aku mulai membalas pelukannya. Rasanya aku ingin menangis. Aku rela mematikan waktu, agar aku tak lepas dari pelukannya.




 



romantic stories

KHJ: Have you not run out of your beauty products? Whenever I board the plane, I only see stuff like that. You should have run out of beauty products by now.
A: I have everything. And since when have you cared about that.
KHJ: Why do you say that. I thought you might have used the previous set up, so it popped into my mind.
A: It’s not the time for you to worry about my beauty products.
KHJ: It’s nothing. It’s not hard to do. You miss me, right?
A: No.
KHJ: Really? Not even one percent? I miss you, nonetheless. I must be crazy. Is this the end? I haven’t been able to prepare my heart for this. I want to meet you after organizing everything I want to say. If it’s really the last time, then I want to give you everything I haven’t been able to.
A: No can do. That’s reality.
KHJ: I really want you to be happy. Now, there’ll be a day when we can’t contact each other, right? But just until then.. Please at least keep in touch with me.
———
On September 2, Kim Hyun Joong was called to the Songpa police station as a suspect. Later, on September 7, he left for a performance in Peru, and texted “A” while on the plane. 
“At this point, I was set in my decision,” says “A.” “I thought it was the end with Hyun Joong. I accepted it as reality. But…”
———
November 7, 2014
KHJ: Sincere congratulations on your 31st birthday. I hope today will be a happy day for you, and that you will receive many birthday wishes. I’m always sorry.
A: It’s flowers, flowers~
KHJ: Do you like them? Does it feel like it’s your birthday?
A: I like them. They’re pretty. But you are not here.
KHJ: I’m not there, so I sent them to you. But you still feel happy, right? Your parents might have received them, so I did not write the sender’s name. Just tell them that a friend of yours gave [the flowers].
———
“It was my birthday. I got a cake and flowers from Jeju Island. I think that’s when my heart warmed up a bit. I had the thought that I could love Hyun Joong again,” “A” explains.
According to “A,” Kim Hyun Joong sought her out since September. “He was really drunk and came to my home a mess. He waited at the playground in front of my house, and he even cried.”
And the report states that Kim Hyun Joong continued to do so. “A” says Kim Hyun Joong asked her in October to be by his side so he could endure, and that her heart started to waver.
Regarding the previous claim by Key East that the two broke up in December, “A” says, “I don’t know the grounds on which Key East reported something like that. I think they’re just fueling the flames. They’re making me out to be a gold digger. Fostering misunderstandings and mistrust.”
She insists that she agreed to the interview for the sake of her baby. “Yesterday, reports seemed to make it out like there is some secret around my pregnancy. As if I didn’t show up at the hospital to hide something. I didn’t do it to ‘hide’ anything, but to ‘protect.’”
———
November 30, 2014
KHJ: It looks like this case will not end well, so I’ll decide myself what to do from now on. You just live well the way you want.
A: Okay. Then, let’s go separate ways and live without caring about each other.
KHJ: Okay. Let’s go separate ways. This is final. But why are the dogs in this neighborhood like this. I got angry, but I have no one who could relate to my thoughts, so I decided to send you this. (sends photo?) It’s really funny.
A: That’s really funny. Did you eat?
KHJ: I’m eating bibimguksu right now. Did you have something to eat?
A: I had some fruit. How’s the weather?
KHJ: It stopped raining and the sun rose. Make sure to eat well.
———
According to the report, “A” found out about her pregnancy on January 3, but was unable to tell Kim Hyun Joong about it right away.
“A” says, “On January 2, I had some weird symptoms, and I bought a pregnancy test the next day. I was of course surprised, but what surprised me more was how Kim Hyun Joong acted.”
“We were together until December 31. And we wished each other a happy new year on January 1.”
But on January 2, according to “A,” Kim Hyun Joong went on vacation to Jeju Island with another woman. “He said it was planned in advance, so I tried to understand, and justified it, telling myself that he could of course meet someone else in the time we had been broken up.”
“A” told Kim Hyun Joong about the baby on the day of his return from vacation, on January 5.
———
January 9, 2015
A: I’m so upset..
KHJ: Me too. Although it should be something to rejoice about, I’m upset. Sorry about that.
A: I understand how you feel, but don’t want you to feel that way.
KHJ: Things are getting complicated. When I come back from military, the baby will be two years old. What should I do then, and all these thoughts are tying me down.
———
KHJ: Did your check-up go well??? I arrived at the airport.
A: (sends ultrasound picture)
KHJ: Aha, it’s that dot. Black one.
A: Yeah.. They said that next time it’s possible to hear the heartbeat
KHJ: Is that so.. Eat well, dress warmly, and drink absolutely no alcohol. Did the hospital staff say that you are five weeks into your pregnancy?
A: Yeah. It’s almost the fifth week. I am still shaking and can’t process this, but.. It must be the same for you.
KHJ: Yeah.. I’m truly upset that I can’t congratulate you. Even in a painful situation like this..
———
January 10, 2015
KHJ: Let’s tell our parents later. I thought about it over, and still can’t accept what’s going on. I need to think more. Please understand.
A: Because you keep changing your mind, it’s hard for me too.
KHJ: I never changed my mind. It’s not like I can avoid military.. I can’t watch my baby grow up. Marriage is not something you do alone. You should think about it over too.
A: You won’t watch your child grow up anyways. But I have no right to say anything since I’m thinking about whether to erase this child or not.
KHJ: Did I say I’ll abandon the child? I’ll raise the baby. But isn’t it right that you and I should talk about whether we should get married or not? I don’t understand why people have to get married just because a baby is about to be born. If we live like that, everyone might become unhappier.
———
KHJ: Okay, I’ll get married to you. But file a petition for me. Your husband is about to get a red line across him.
A: What are you talking about.
KHJ: If I get fined like this, I’ll receive a red mark. If I’m judged guilty, my agency says I’ll be considered a criminal.
A: You’re saying you want to get married not because of me or because of the baby, but because you don’t want to be a criminal?
KHJ: No, I’m saying I will do my best for my baby. I don’t want to get involved in this kind of situation again. Let’s forget about everything and start over from the beginning. I’ll do my best. I’ll get married to you and make you happy.
———
January 19, 2015
KHJ: I’m going to sleep now, but first I have something to say. I know you don’t like “K” [undisclosed name]. But from my point of view it’s so embarrassing. Don’t you think it’s a bit much to send women’s products in the mail?
A: Is she in the right mind leaving things like that at a guy’s house? I just sent whatever was at your house. How do think I felt when I saw those?
———
“A” saw products in Kim Hyun Joong’s bag that belonged to “K,” the woman who he went to Jeju Island with, and took them and sent them back to her, which upset Kim Hyun Joong.
———
February 18, 2015
KHJ: How is the baby doing? I want to know.. Let’s talk when I get to Korea. I want to see my kid.
A: (ultrasound video)
KHJ: Aigoo, it’s so big now. And it’s moving. Is your hospital the same one? Send me the most recent one.
A: (ultrasound photo) The video where it’s kicking is the most recent.
KHJ: How are you feeling? Are you at home? Don’t move.
A: Can you see the baby’s nose in the side profile?
KHJ: Yea, I see it . Shall we talk?
A: The hands and feet are moving too.. The videos aren’t sending properly through text.
———
February 23, 2015
KHJ’s father: “A” [undisclosed name]. No matter what, if we do things one at a time, there’ll be no problem. So don’t worry and come over with your parents. Confirm your pregnancy to us, and then let’s work thing out.
A: I’ve already sent you the pregnancy confirmation and ultrasound on February 14. What are you thinking that that’s all you’re asking? I’ll show you anywhere.
KHJ’s father: I can’t believe it with just an ultrasound photo. That’s because you haven’t acted very trustworthy to us. You seem to be twisting my words. Is there a reason for that?
A: I’ve never wanted that doctor. I’m afraid something will happen to my baby. You asked to see the documents, so we met and I showed you everything. I don’t understand why you’re still doubting me. I think any hospital will be fine.
———
“I met [Kim Hyun Joong’s] father on January 6. At the time, it seemed like he really wasn’t happy about the child. Since it was to the point that Hyun Joong apologized to me about his father’s attitude.”
“A” says that Kim Hyun Joong’s parents were adamant about the specific hospital and doctor that she would go to. “I just wasn’t comfortable.”
“In the end, I went to my usual hospital, and afterwards [Kim Hyun Joong’s] father let up and we agreed on a hospital and doctor.”
“A” states she has no reason to prove her pregnancy to Kim Hyun Joong’s father, and that she wants to end this war.
“As I’ve said before, Hyun Joong will know the best: when I got pregnant, that it’s his, and why I want to end this relationship.”
——
“A” says she’s had extreme thoughts, too, but then asks, “Have you heard an ultrasound before? There’s a baby’s heart beating inside of me. From now on, I’ll be the one to manage this and take responsibility.”
She explains that she won’t ask Kim Hyun Joong to take responsibility for anything, but she won’t block his interests in the baby, either, and that she has no plans for marriage.
“A” closes with a statement to Key East: “I understand what the agency is trying to protect. But please don’t deny my existence. And don’t pressure me. This isn’t for me, but for the baby.”