September 21, 2022

berawal dari kedinginan

 jadi aku hanya ingin menulis beberapa hal yang merisaukan kepalaku beberapa saat lalu. aku tidak tahu apakah hal ini benar atau salah, hal ini harus kusebut apa, dan harus kuakui sebagai apa. tapi memang  sering membuat kepalaku seakan pecah. aku tidak mengerti harus mencurahkan kepada siapa, aku terlalu malu dan tidak mau mengakui segala yang aku rasakan ini. atau aku justru takut jika banyak orang mengatakan hal yang bagiku selalu kuanggap tidak pantas. 

saat itu kita ada acara leisure package kantor ke luar kota. tahu sendiri kan, paket leisure yang dibungkus bimbingan teknis, atau harusnya disebut terbalik saja, paket bimbingan teknis yang dibungkus leisure.  acaranya antara lain seharian di dalam kelas yang membosankan, istirahat, makan malam, kelas malam, ceramah, dan akhirnya istirahat malam yang kebanyakan digunakan untuk berpencar mencari kesenangan di luar hotel. siapa yang bisa menjamin orang dewasa di berbagai usia itu untuk selalu berada di dalam kamar dan tidur? sedangkan aku pun sudah bergerilya sejak kelas terakhir tadi yang teramat boring, sudah kugunakan untuk mengirim flirt trap kepada seseorang. 

sebenarnya aku juga tidak terlalu merasa menyukai berlebihan dalam arti membawanya ke dalam hatiku. dia hanya perempuan biasa yang kebetulan saja menjadi teman sekantor, termasuk salah satu atasan, interaksi terbanyak hanya berupa pekerjaan, dan ditambah sering bertemu hanya saat di tempat parkir kantor. aku melihatnya juga biasa saja, interaksi di batas wajar, tak pernah terlintas untuk mengirim flirt trap, tapi aku mengerti kalau dia menyukaiku. sering kulihat dia dengan sengaja memperhatikanku, kadang juga kudapati dia bertingkah untuk menarik perhatianku. karena itulah saat di kelas yang boring tadi aku beranikan diri mengirimi flirt trap kepadanya. 

awalnya karena beberapa kali di dalam kelas kudapati dia memperhatikanku. dia tersenyum saat ketahuan sedang menatapku, dan aku tersenyum balik kepadanya. aku tak menyadari arah mataku yang tak tertahankan untuk tidak menurun ke dadanya, untuk kemudian naik lagi ke matanya. kuberi isyarat padanya bahwa ternyata belahan dadanya yang terlalu rendah atau mungkin dia tak sengaja melupakan satu kancingnya. dan apa yang kuterima sebagai balasan malah membuatku terkejut, dia menampilkan senyum miringnya, lalu dengan sengaja menggigit bibir bawahnya. tak kusangka dia balik mengirim flirt trap dan berhasil membuat desiran hangat di dadaku. kuambil hp untuk distraksi dan kucoba untuk mengirimi pesan singkat padanya. 

"boring ya?"

"uh, iya"

"sori to say, tapi dadamu terbuka tuh. kelihatan dari sini."

"umm ya?

"aku tahu tempat ngopi yang asyik di sini"

"mau. ayo saja. jam 9 ketemu di lokasi, sebutkan nama tempatnya"

"aku bawa mobil, kutunggu di satpam"

"paham"

setelah pesannya yang terakhir, dia mengangguk ke arahku. aku pura2 tidak melihat, padahal aku meliriknya. jadi trap ku bersambut. aku mulai menyusun rencana akan aku ajak kemana dia.

perjalanan bersamanya ternyata tidak terlalu membuatku nervous. aku merasa nyaman karena menurutku dia cukup smart untuk banyak topik pembicaraan. pengetahuannya juga lumayan luas. inilah yang aku suka. ternyata beberapa kali mempunyai pengalaman berhubungan dengan perempuan berparas cantik, menarik, dan yang membuatku betah mungkin pada bersambutnya hampir semua topik yang aku lempar ke dalam percakapan. kuakui, sebenarnya dia tidak terlalu cantik. parasnya biasa saja, posturnya juga biasa, bukan jenis ramping menarik, mungkin karena dia sudah berumur. 

"kita ke paralayang, berani?" tanyanya.

"berani. emang kenapa?"

"maksudku, medannya kan berat, jika belum terbiasa, jalannya susah" dia menjelaskan, membuatku mengangguk saja mengiyakan. padahal aku juga sudah pernah ke sana. 

obrolan demi obrolan mengalir begitu saja. semua topik bersambut dan bisa juga berujung tawa, candaan yang memancing kontak fisik seperti tepukan di lenganku pun menjadi lebih intens. aku menikmati saja. sepertinya memang dia menyukai yang clinge seperti itu. 

"dingin banget, gila." dia mengumpat setelah keluar dari mobil. aku langsung berinisiatif mengambil jaketku di jok belakang, karena aku memang ada jaket yang selalu ada di mobil. kuberikan padanya, dan tanpa berkata apapun dia langsung memakainya. 

"makasih ya, jaketnya" ujarnya kemudian sambil tersenyum. dan hal yang tak aku sangka selanjutnya adalah tangannya yang tiba-tiba sudah menggandengku. seperti tak ada keraguan pada sikapnya, dia tidak melepaskan genggamannya sambil kita melangkah menikmati pemandangan malam. 

kita duduk di bangku beton yang ada, kulihat dia merapatkan jaketnya. 

"aduh, aku kok tadi mengajak ke sini ya, harusnya aku bawa syal atau topi hangat juga" aku tersenyum dengan omelannya.

"apa? aku kan sudah tua, jadi lebih gak tahan cuaca" aku melihat mimik mukanya yang cemberut itu sebagai hal yang lucu, dan membuat senyumku masih enggan pergi. kurapatkan dudukku di sebelahnya, kucoba memberanikan diri melingkarkan tanganku di pundaknya, dan dia diam saja. tidak ada penolakan, berarti lanjut. kesimpulan cepat.

"jangan mikir macam-macam. kita ONS sekarang. lusa di kantor kita sudah teman kerja lagi." aku bergumam di telinganya. mungkin itu merupakan rayuanku yang paling hebat bagiku, karena aku tujukan pada orang yang tidak seharusnya, dan aku berani melakukannya, dan aku belum mendapat tanda penolakan. kesimpulan cepat. 

"yeah. aku paham. aku orang dewasa, jika kamu lupa." jawabnya enteng.

kita masih lanjut berbincang, sambil setengah berpelukan, karena memang berulang kali dia nyatakan kedinginan. akupun sering berbicara dengan suara rendah di telinganya, mendekatkan wajahku kepadanya, memberi sensasi hangat padanya. dan aku memang memasang jaring sejak awal, jadi aku sudah bisa menduga jika dia bisa masuk perangkapku. makin lama obrolan kami yang kesana kemari, sentuhan yang makin intens, genggaman tangan yang tidak terlepas, tawanya yang lepas sambil menjatuhkan tubuhnya ke arahku, membuatku waspada bahwa dia sudah mulai sangat nyaman. hingga saat dia mulai lengah, aku berhasil mencuri sebuah kecupan di bibirnya. aku menunggu reaksinya tanpa menjauhkan wajahku darinya. dan seperti yang sudah kuduga, dia membalas kecupanku. kita berbagi kehangatan kecupan untuk beberapa saat. karena suasana memang sudah sepi dan remang-remang tanganku mulai berani menyentuhnya. 

"ngg sebaiknya tidak di sini" potongnya sambil menarik nafas di sela-sela kecupan.

"aku mau saja sih membawamu ke kamar. kita ambil hotel lain yuk?" tawarku yang dibalas gelengan kepalanya.

"jangan, sudah cukup pelanggaran yang kita lakukan. jangan lebih." ah, aku lupa sedang berurusan dengan siapa. dia wanita dewasa yang juga harus aku hormati. karena itulah dia masih mampu berpikir straight meskipun kita sudah sama-sama ingin melampiaskan hasrat.

"maaf, ya" ujarku.

"iya, tidak apa-apa. aku cukup tahu diri untuk tidak berbuat yang berbahaya. bahaya bagimu, posisiku, dan semua. masih ada hal yang harus aku jaga." kueratkan pelukanku. kuciumi pucuk kepalanya, sambil tanganku bergerilya ke tubuhnya. di dalam jaketnya, tidak terlalu kentara jika tanganku sudah menyusup jauh kemana-mana di balik bajunya. dia hanya mengeluh pelan dan tertahan sambil sesekali kami kembali berciuman.