ternyata memang benar-benar tak seharusnya semua omongan si devil itu didengarkan. karena tidak sepenuhnya enak untuk didengar. seperti lidah mertua, yang perlu didengar adalah omongannya yang enak saja. aneh memang, mengapa ada orang yang mengungkapkan prasangkanya kepada khalayak. dan itu malah menjadi kebiasaan. seakan pada masing-masing orang itu terdapat kualitas buruk yang bisa diungkapkan keluar. bahkan pada hal yang seharusnya malah ditutupi karena atas nama teman. pengungkapan keluar tentang prasangka-prasangka buruk itu semakin memanaskan telinga. seolah setiap satu orang ada kualitas buruk yang bisa dijadikan bahan untuk menghantam balik. aku sepertinya bisa merasa akan mendapatkan hantaman balik. dari penilaianku atas sikap selama ini. pada saat seperti inilah, sepertinya sudah mulai diperlukan bangunan benteng-diri-cenderung-tak-perduli. jika semakin lama suasana semakin tidak kondusif, yang paling nyaman memang berada dalam benteng-diri-tak-perduli itu. agar terbebas dari belenggu rasa muak mendengar-dan-melihat-segala bentuk prasangka buruk.
angin kadang-kadang bisa menebarkan segala bentuk kebusukan, hingga bau darah sekalipun.
Oktober 13, 2014
Oktober 09, 2014
ternyata gadis itu membuatku jatuh cinta
ternyata gadis itu membuat aku jatuh cinta.
aku pada awalnya tak menyadari ada getaran perasaan apapun, bahkan setelah peristiwa memalukan yang terjadi beberapa minggu lalu. menurutku, gadis itu benar-benar gila, dan membuat aku tergila-gila padanya. aku harus menunggunya hanya untuk mengembalikan barang miliknya yang tertinggal di kamarku, entah dia sengaja meninggalkannya agar aku menemuinya lagi, atau benar-benar tak sengaja menjatuhkannya saat dia terburu-buru untuk segera meninggalkan kamarku. yang jelas, barang itu ada padaku, harus aku kembalikan, dan aku sudah melewati tahap malu di depan jung, karena dialah yang justru pertama kali menemukan barang itu. langsung saja dia mengetahui kalau aku baru saja membawa perempuan ke kamar. aku sudah mengutuki beberapa kali tentang barang itu, tapi ketika aku kembalikan dan bertemu dengannya, reaksinya hanyalah ekspresi datar dan seolah tak pernah terjadi apa-apa. dia menerima dengan biasa saja, langsung pergi meninggalkan aku yang masih berdiri tertegun, bertanya-tanya dalam hati apakah dia masih ingat dengan kejadian beberapa malam sebelumnya di kamarku. tapi hanya senyum tipis di sudut bibirnya, tak bereaksi lebih dari itu.
aku benar-benar dibuat bingung olehnya, aku harus menghadapi dengan sikap bagaimana lagi, karena pertemuan setelah itupun juga masih mengecewakan bagiku. aku bertemu lagi saat di persimpangan koridor yang menuju ruang kerjanya, dia hanya menyapaku hai... lalu berlalu. aku tergesa menghentikan langkahnya, kupanggil dan kutahan tangannya. dia cuma menatapku tanpa bertanya apa-apa, sehingga aku kembali harus mengawali percakapan,
"kau tahu, yang mudah melupakan peristiwa yang kemarin itu apa?" tanyaku dengan agak kesal.
dia tersenyum tipis dan menjawab, "tahu. aku juga tidak melupakannya kok." dan kemudian dia berlalu. sejak itulah aku menjadi lebih sering uring-uringan dengan rekan sekerjaku, sering menyalahkan keadaan, menyalahkan banyak hal. aku benar-benar kesal dibuatnya. dia sudah berhasil menjungkirbalikkan perasaanku, membuat aku malas-malasan untuk makan, bekerja lebih lama dari biasanya, dan yang lebih sering hanyalah marah-marah yang tidak jelas alasannya.
pertama kali yang menyadari perubahan itu tentu saja jung, dia langsung tahu penyebabnya. dia hanya bilang tiga kata, lalu langsung pergi. dia bilang aku sedang jatuh cinta. aku merasa seperti ditampar, tapi itu sesuatu yang benar, jadi aku hanya bisa diam. mencerna kata-kata jung itu. meski sebenarnya aku enggan mengakui, aku memang sering memikirkannya, membayangkan kembali dia datang menemuiku, dengan tatapan dinginnya, diamnya, tapi jika sudah tergoda, dia menjadi sangat manja. ah, aku sungguh tak bisa melupakan saat-saat berdua seperti waktu itu.
aku mengingat-ingat kembali waktu itu, dia datang menemuiku di kamar, sambil membawa secangkir kopi, menawariku tapi aku tak mau. mungkin maksudnya membuatkan aku kopi, tapi aku memang sedang tak ingin minum kopi. dia duduk di meja di depanku, di sebelah kibor tempatku menyelesaikan pekerjaanku. tenang saja dia bercerita tentang banyak hal, bertanya tentang macam-macam, hingga tak terasa dia duduk di situ sampai agak lama, sambil sesekali dia menyesap kopinya. aku lupa ketika itu sedang membicarakan apa, ketika pikiranku tiba-tiba saja meloncat jauh dari pembicaraan, aku berdiri menghadapinya, merebut cangkir kopi dari tangannya untuk kuletakkan di meja. eksspresinya yang kaget terlihat jelas karena aku begitu dekat di depannya.
"aku ingin mencoba kopinya." kataku sambil lalu sebelum menciumnya. lalu semuanya terjadi begitu saja. aku tersadar saat jung berteriak di kamar, sambil mengacungkan pakaian dalam perempuan di depanku. aku tak bisa menghindar lagi.
dan sekarang, saat aku mulai gila memikirkannya, dia malah bersikap seolah tak terjadi apa-apa. mengapa pula ada gadis seperti itu, yang mudah saja melupakan percintaan yang telah kita lakukan sebelumnya.
aaaaaaarrrrrrggggghhhhhhhh.............
aku pada awalnya tak menyadari ada getaran perasaan apapun, bahkan setelah peristiwa memalukan yang terjadi beberapa minggu lalu. menurutku, gadis itu benar-benar gila, dan membuat aku tergila-gila padanya. aku harus menunggunya hanya untuk mengembalikan barang miliknya yang tertinggal di kamarku, entah dia sengaja meninggalkannya agar aku menemuinya lagi, atau benar-benar tak sengaja menjatuhkannya saat dia terburu-buru untuk segera meninggalkan kamarku. yang jelas, barang itu ada padaku, harus aku kembalikan, dan aku sudah melewati tahap malu di depan jung, karena dialah yang justru pertama kali menemukan barang itu. langsung saja dia mengetahui kalau aku baru saja membawa perempuan ke kamar. aku sudah mengutuki beberapa kali tentang barang itu, tapi ketika aku kembalikan dan bertemu dengannya, reaksinya hanyalah ekspresi datar dan seolah tak pernah terjadi apa-apa. dia menerima dengan biasa saja, langsung pergi meninggalkan aku yang masih berdiri tertegun, bertanya-tanya dalam hati apakah dia masih ingat dengan kejadian beberapa malam sebelumnya di kamarku. tapi hanya senyum tipis di sudut bibirnya, tak bereaksi lebih dari itu.
aku benar-benar dibuat bingung olehnya, aku harus menghadapi dengan sikap bagaimana lagi, karena pertemuan setelah itupun juga masih mengecewakan bagiku. aku bertemu lagi saat di persimpangan koridor yang menuju ruang kerjanya, dia hanya menyapaku hai... lalu berlalu. aku tergesa menghentikan langkahnya, kupanggil dan kutahan tangannya. dia cuma menatapku tanpa bertanya apa-apa, sehingga aku kembali harus mengawali percakapan,
"kau tahu, yang mudah melupakan peristiwa yang kemarin itu apa?" tanyaku dengan agak kesal.
dia tersenyum tipis dan menjawab, "tahu. aku juga tidak melupakannya kok." dan kemudian dia berlalu. sejak itulah aku menjadi lebih sering uring-uringan dengan rekan sekerjaku, sering menyalahkan keadaan, menyalahkan banyak hal. aku benar-benar kesal dibuatnya. dia sudah berhasil menjungkirbalikkan perasaanku, membuat aku malas-malasan untuk makan, bekerja lebih lama dari biasanya, dan yang lebih sering hanyalah marah-marah yang tidak jelas alasannya.
pertama kali yang menyadari perubahan itu tentu saja jung, dia langsung tahu penyebabnya. dia hanya bilang tiga kata, lalu langsung pergi. dia bilang aku sedang jatuh cinta. aku merasa seperti ditampar, tapi itu sesuatu yang benar, jadi aku hanya bisa diam. mencerna kata-kata jung itu. meski sebenarnya aku enggan mengakui, aku memang sering memikirkannya, membayangkan kembali dia datang menemuiku, dengan tatapan dinginnya, diamnya, tapi jika sudah tergoda, dia menjadi sangat manja. ah, aku sungguh tak bisa melupakan saat-saat berdua seperti waktu itu.
aku mengingat-ingat kembali waktu itu, dia datang menemuiku di kamar, sambil membawa secangkir kopi, menawariku tapi aku tak mau. mungkin maksudnya membuatkan aku kopi, tapi aku memang sedang tak ingin minum kopi. dia duduk di meja di depanku, di sebelah kibor tempatku menyelesaikan pekerjaanku. tenang saja dia bercerita tentang banyak hal, bertanya tentang macam-macam, hingga tak terasa dia duduk di situ sampai agak lama, sambil sesekali dia menyesap kopinya. aku lupa ketika itu sedang membicarakan apa, ketika pikiranku tiba-tiba saja meloncat jauh dari pembicaraan, aku berdiri menghadapinya, merebut cangkir kopi dari tangannya untuk kuletakkan di meja. eksspresinya yang kaget terlihat jelas karena aku begitu dekat di depannya.
"aku ingin mencoba kopinya." kataku sambil lalu sebelum menciumnya. lalu semuanya terjadi begitu saja. aku tersadar saat jung berteriak di kamar, sambil mengacungkan pakaian dalam perempuan di depanku. aku tak bisa menghindar lagi.
dan sekarang, saat aku mulai gila memikirkannya, dia malah bersikap seolah tak terjadi apa-apa. mengapa pula ada gadis seperti itu, yang mudah saja melupakan percintaan yang telah kita lakukan sebelumnya.
aaaaaaarrrrrrggggghhhhhhhh.............
Langganan:
Postingan (Atom)