Desember 05, 2011

Di Kamar Raf

"Ikut aku. I'll show you something." Lalu Raf hanya menatapnya. Dalam-dalam. Meski sedetik, dua detik, tapi terasa dia mengatakan, "Aku tak akan menyakitimu. Percayalah." Dan dalam diam, Putri mengikutinya tanpa ada sedikitpun penolakan. Mereka menuju mobil, melaju.

Masih dalam diam, resah dengan pikirannya sendiri Putri hanya bisa melihat keluar jendela, menatap tak menentu kemana-mana. Saat mulutnya terbuka terbuka hendak mengatakan sesuatu, tangan Raf tiba-tiba saja sudah menggenggam tangannya. Seolah mengerti dan bisa membaca pikirannya, Raf menatapnya,
"Percayalah, aku tak akan menyakitimu."
"Hmm iya."
"Aku ingin kau benar-benar tahu perasaanku."

Ternyata mobil berhenti di rumah Raf. seperti terhipnotis Putri diam mengekor di belakang Raf masuk ke dalam rumahnya, melewati ruang tamu,ruang keluarga, berbelok dan menaiki tangga menuju lantai dua.
" Mungkin ke kamarnya", pikir Putri.
Dan benar, di pintu ada tulisan Raf besar berbingkai bulan sabit. Pintu terkuak, Raf masuk lebih dulu, dan yang pertama terlihat oleh Putri adalah lemari besar penuh deretan buku, lalu perabotan kamar seperti tv, tempat tidur, sofa, dan tiba-tiba tatapannya berhenti pada foto besar dengan bingkai yang berukir indah. Perlahan Putri berjalan mendekatinya. Melupakan Raf sedang apa, tanpa memikirkan Raf masih ada di situ atau tidak. Putri terus mendekati foto itu, ingin meyakinkan diri bahwa benar dia mengenali orang dalam foto itu, sedang tersenyum tapi tanpa fokus ke kamera, seperti seseorang yang dipotret secara diam-diam.

Semakin dekat, terlihat jelas ada tulisan tangan di salah satu sudutnya "Princess of My Heart". Putri menghela nafas. Berat terasa, menyadari bahwa dia melihat gambarnya sendiri, yang terlihat begitu indah, sambil menghimpun ingatannya kapankah kira-kira foto itu diambil. Tapi sia-sia, tak akan pernah dia temukan jawabannya. Hingga tanpa terasa ada kaca-kaca bening menghalangi pandang matanya.
"Jadi benar Raf mencintaiku", kata Putri dalam hati." Tapi mengapa harus aku? Aku tak tahu harus sedih atau gembira. Aku merasa hampa, seorang diri merenungi nasib, mencintai orang yang sama sekali tidak mengerti perasaanku. Menjadikanku benda tak bernyawa, sebagai objek taruhannya."
" Aku akan selalu menunggumu. Sampai kapanpun. Walaupun harus seribu tahun aku menunggumu. Aku akan selalu setia. Di sini," tangan Raf sudah melingkari tubuhnya dari belakang. Kehangatan mengalir seiring dengan aroma tubuh Raf yang tercium begitu dekat. Putri hanya bisa menunduk, menahan gejolak di hatinya. Dan hal itu malah membuat air matanya yang sudah mengalir deras dari tadi menetes membasahi punggung tangan Raf.
" Aku menunggu kamu bisa mencintaiku", bisik Raf. Dan semakin deraslah hujan air matanya. Raf masih melanjutkan, " Kau tahu, hal inilah yang paling ingin aku lakukan selama ini. Memelukmu saat kau menangis. Merasakan dukamu, karena aku di sini untukmu. Aku ingin terus menjagamu. Bahwa kau tidak sendiri menanggung duka itu."

Putri merasa pelukan Raf semakin erat, seiring dengan isak tangis yang semakin mengguncang bahunya. Dia hanya ingin menangis, tak mampu mengatakan apapun.

Setelah beberapa lama, seperti ada kekuatan baru yang meringankan kakinya, Putri perlahan memutar tubuhnya, untuk kemudian membenamkan kepalanya di dada Raf, Merasakan aroma tubuh Raf di sela-sela isaknya yang masih belum kering. Raf memeluknya lebih erat sambil membisikkan," Aku di sini untukmu. Please jadilah milikku."




Tidak ada komentar:

Posting Komentar