Januari 04, 2012

berpikir

Susah juga harus memulai dari mana. Tapi benar-benar aku ingin menuliskannya sekarang, sebelum aku melupakan topik ini.  Terserahlah jika nanti ada yang agak susah memahaminya, aku ingin mengatakan bahwa yang akan kutulis mungkin merupakan kutipan-kutipan yang meloncat-loncat.  Seperti Idrus, mungkin akan ada yang mengatakan seperti naik kereta kuda di jalan berbatu.  Ahh, adakah yang akan memahami maksudku, aku tak terlalu ambil perduli.

Kemarin, aku sudah lupa persisnya berawal dari pembicaraan tentang apa, yang jelas aku lalu berkata bahwa ternyata Jung diam-diam memperhatikan Cihuahua terus. Aku tak merasa harus bersambut ketika gurauanku itu mendapat balasan bahwa Jung merasa Cihuahua memang indah untuk dilihat, atau tepatnya lebih enak dilihat saja. Aku  ingat ketika sambil menunjuk ke arahku, dia sempat juga berkomentar kepada Husky bahwa untuk berbicara itu lebih enak denganku. Aku langsung mengerti maksudnya. Bukannya aku marah dengan statement semacam itu, sama sekali bukan. Aku hanya merasa, worth enough to be his friend. 

Mungkin aku perlu menambahkan bahwa aku ternyata sama saja dengan Cihuahua. Tentu saja dalam konteks yang berbeda. Jika memang Cihuahua itu takut terlihat tua sesuai umurnya, maka ketakutanku lebih berasal dari sisi otakku, aku takut terlihat bodoh. Masih jelas kutipan kalimat Asrul, mungkin, bahwa berpikir itu sesuatu yang mewah. Aku ingin menjadi setidaknya begitu. 

Kembali pada statement Jung bahwa aku lebih enak untuk diajak berbicara, ada sebuah perasaan yang sulit untuk aku lupakan, setidaknya dengan secuil pembicaraan itu sudah mampu membuatku lama berpikir bahwa menurutku itu sebuah pujian. Sama seperti pujian yang diharapkan Cihuahua ketika dia dibilang cantik sekali hari ini. Aku merasa, sedikit ada kebanggaan, bahagia karena ada yang memuji sesuatu yang lain, yang tidak biasanya dari diriku, yang berbeda. Bagaimana ya mendeskripsikannya. Agak susah menjelaskan bahwa aku memang suka being different. I have my own difference.

Aku teringat cerpen Sirikit Syah yang berjudul Perempuan Suamiku. Dan dari situlah aku ingin betanya besok, jika aku sudah bertemu dengan belahan jiwaku. Akan kutanyakan pendapatnya tentang hal ini. Benarkah dia menyukaiku karena aku smart. Itu jika aku sudah terlalu sombong dengan diriku, mengatakannya begitu.

Aku memang merasa tidak ada yang istimewa dalam diriku. Bahkan di dalam kerumunan, aku mungkin akan terlihat sama saja, kecuali kerumunan anak kecil! Yang membedakan aku bahkan dengan teman-teman perempuanku di tempat kerja mungkin dalam hal selera, dalam banyak hal. Seleraku benar-benar berbeda dengan selera umum mereka. Aku juga memiliki sedikit kecenderungan yang berbeda tentang banyak hal. Aku menyukai hal-hal yang bahkan sedikitpun tidak akan pernah terlintas di benak mereka.

Setidaknya kalimat bahwa berpikir itu sebuah kemewahan masih selalu berada di benakku. Dan bagi mereka  sebuah kemewahan adalah duduk di kursi yang mahal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar