Kesal aku sekesal-kesalnya. Jiwaku tiap detik berubah warna. Tak tahulah aku, mungkin aku harus diam saja merasai semua ini, ataukah mengutuki diri sendiri yang tak bosan-bosannya mengingat kejadian pahit di masa lalu. Apakah masalalu itu? Kemanakah sulur-sulurnya merambat dan hari-harinya yang keemasan itu disimpan? Mengapa hanya kesedihannya yang sering datang? Seperti potret kusam kenangan hitam. Aku merangkaki dinding buta, tak satu jua pintu terbuka. Mungkin kau takkan apa-apa, aku terpanggang tinggal rangka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar