Februari 13, 2013

setelah sekian lama

aku teringat padamu, tadi sewaktu aku melintasi ruang kerjamu, aku hanya sanggup melirikmu, merasakan bahwa itu adalah dirimu.
tanpa kau tahu, mungkin aku benar pada satu hal, yaitu aku mulai merasakan kerinduan, pada saat-saat kebersamaan kita, pada pembicaraan-pembicaraan kita tentang banyak hal, tentang banyak hal yang aku tertarik dan aku pahami. dan bukan melulu membicarakan baju semata, hal yang berada jauh dari pikiranku.
aku ingin bertanya padamu, adakah kau merindukan saat-saat bersamaku lagi?atau aku mulai menjadi orang yang sangat menyebalkan bagimu, hanya karena aku jarang sekali menemuimu?
jika kamu mau sedikit saja mendengar bahwa aku sangat ingin kita mengulang kembali saat-saat kita hanya membicarakan hal yang remeh-remeh, tapi bagiku suatu yang berharga karena aku jadi memiliki sudut pandang yang berbeda tentang suatu hal.
aku masih ingat, terakhir kalinya aku menyadari bahwa aku sudah tak lagi menyenangkan bagimu, adalah saat peristiwa kopi.
kau mau tahu ceritaku tentang peristiwa kopi?aku menulis di tempat lain, tapi secara garis besar aku bisa sedikit menuliskan lagi di sini.
waktu itu, ketika seperti pagi-pagi biasanya, kita mengawali hari bekerja dengan sarapan bersama di warung di depan kantor. sungguhpun aku sendiri jarang makan di pagi hari, tapi aku masih senang untuk sekedar duduk-duduk menemanimu sambil minum kopi. seingatku kita hanya berdua, jadi aku masih ingat pahitnya.
aku ingat ketika kopiku belum juga tandas, tetapi gaya makanmu yang bahkan bagiku sedikit lebih lama dari ukuran pada umumnya, sudah membuatmu menyudahi sarapanmu. dan kamu beranjak begitu saja, seolah memang ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokanmu, untuk terus segera kau buang. jadi aku merasa kau tinggalkan. dan bukan hanya merasa kau tinggalkan, tetapi lebih banyak pada penghianatan, kau mulai merasa gerah duduk berdua denganku, atau kau malu, atau kau tak suka lagi bersamaku.
kupendam gejolak emosiku mengenai hal ini sejak saat itu, tak bisa aku beritahukan pada siapapun, mungkin kecuali pada kucing tetangga yang sering tanpa diundang sudah berani masuk ke rumahku.
aku mulai membuat dinding untuk membentengiku sendiri, untuk menangkal perasaan-perasaan ditinggalkan seperti itu lagi, dan yang lebih utama, untuk melindungiku agar gejolak emosiku tidak terlihat, dan tidak bisa keluar.
kini aku mulai tak tahan lagi, aku benar-benar merindukan saat-saat bisa bersamamu, berbincang tentang banyak hal yang menambah isi kepalaku, dan aku tidak merasa bosan dengan topik-topik yang kau miliki, karena jauh lebih luas daripada hanya sekedar membicarakan baju.
sedari tadi aku memikirkanmu, adakah kau rasa?
atau memang sudah sepantasnya aku membangun lebih tinggi dan lebih tebal lagi tembok yang mengelilingiku?karena aku merasa sudah tak pantas lagi berada berada di sekitarmu?
aku mengakui, aku tak akan bisa mengikuti gayamu, tak akan pernah mampu untuk menyejajarkan diri denganmu, tapi aku juga tidak mau jika kau merasa risi dengan keberadaanku di sekitarmu, mungkin akan mengganggumu.
jadi baiknya kita padami
unggunan api ini
karena ku tahu kau tak kan apa-apa
aku terpanggang tinggal rangka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar