aku merasa sudah muak dengan kenyataan bahwa ternyata di sini begitu besar peran burung-burung nazar mempengaruhi pemikiran setiap sudut manusia penghuni ruangan.
aku baru tahu sebuah kenyataan, begitu piciknya ucapan-ucapan burung nazar itu, bahwa aku mengatasnamakan sebuah acara, meminjam nama, mendongkel jabatannya, dan apalah, tanpa dia ketahui lebih lanjut bahwa sebenarnya aku tak ada maksud meminjam nama tersebut. aku hanya melakukan apa yang telah menjadi tugasku, dan aku berusaha untuk melakukan sebaik-baiknya. meski terhalang rintangan para burung nazar itu.
aku mengerjakan itu berdasarkan tugas dan perintah atasan, aku mengetiknya berdasarkan isi kalimat perintah chief, bukan tanpa alasan. dikiranya aku senang berurusan dengan rhino, sebenarnya jika bisa dihindari, aku juga sebaiknya menjauhi rhino sejauh-jauhnya. membuangnya ke laut jika aku bisa.
aku sudah benar-benar muak disalahartikan, akhirnya sekarang aku lebih senang menggarengkan diriku sendiri, untuk jauh lebih skeptis menghadapi gonggongan burung nazar. aku lebih puas mengatakan gonggongan burung nazar karena bagiku burung nazar itu menggonggong saja bisanya, selayaknya asu. tentu saja selain memakan bangkai, karena memang begitulah kenyataannya.
seperti kemarin saat aku mendapat tugas untuk membuat surat untuk dibawa chihuahua ke divisinya yang baru, aku telah mendengar gonggongan burung nazar yang mengatakan bahwa itu sebuah pengusiran. aku bukannya mengusir, tak pernah sedikitpun hal itu terbesit menjadi sebuah pengusiran. kukira semua manusia normal menyadari bahwa yang aku lakukan hanyalah berdasarkan perintah, berdasarkan ketentuan, bahwa setelah mendapatkan surat pengambilalihan tugas, pasti dilanjutkan dengan surat penghadapan untuk divisi baru. nah, karena mereka bukan manusia, melainkan burung nazar, maka seperti yang aku bilang, mereka menganggapnya sebagai sebuah pengusiran. padahal aku mengerjakan sesuai urutan pekerjaan. yang sebenarnya yang paling menyakitkan adalah itu merupakan tugasku.
kasusnya sama persis dengan daftar hadir. kekosongan nama chihuahua juga dipermasalahkan. padahal pengosongan itu dilakukan sesuai dengan surat alihtugas yang memang tertanggal sebelumnya. hal semacam itu semakin dijadikan bahan pergunjingan, bahan pembuat kesalahan, yang notabene kesalahan ditimpakan pada satu tempat yang sama. padahal sebelumnya tak pernah chihuahua mengisi daftar hadir, bahkan sudah disodorkanpun belum tentu didapat tanda tangannya. jadi mengapa setelah kejadian surat alihtugas, lalu daftar hadir menjadi penting? terlebih lagi menjadi penting untuk dipermasalahkan sebagai bahan untuk membuat keadaan semakin meruncing. jadi si kembar berkesimpulan bahwa sebenarnyalah burung nazar itu sengaja memercikkan api dalam hal ini memancing kesalahan kecil untuk dijadikan sarana penyerangan, sehingga apapun akan tampak salah di depan chief.
akhirnya kita sebagai manusia, mengalah pada gonggongan burung nazar. sebagai makhluk beradab kita menyadari bahwa daripada menimbulkan percikan api, sebaiknya kita mengalah untuk menyiramnya dengan menuruti keinginan mustahilnya. hanya dengan menulis kembali nama chihuahua, redam sedikitlah keadaan. entah hal apa lagi yang akan dipermasalahkan esok.
aku ingin menambah sesuatu hal lagi. tentang rasa malu berada di tengah burung nazar pemakan bangkai. beberapa divisi di luar sana sudah bisa menilai bahwa ada pihak di dalam sini yang memang suka dengan percikan-percikan api, ada pihak yang memiliki corong besar sehingga semua kata-katanya segera terdengar di luar. jadi tentang kebencian yang memuncak padaku, mengapa tak diungkapkan di depanku saja? tapi oleh corongnya yang besar itu, dilontarkan keluar senyaringnya. dan jika sudah seperti itu, aku salah dengan menyebut mereka burung nazar yang menggonggong?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar