April 04, 2013

y, why?

aku tak menyadari kehadiranmu. tiba-tiba saja kau muncul di depanku, sementara aku masih terpaku di depan layar dan jemariku masih menari di atas keyboard. aku agak susah untuk peduli dengan sekitar jika aku telah menemukan sebuah topik baru untuk kutulis. jadi sejenak aku membiarkanmu berdiri di situ, sampai akhirnya kamu sendiri buka suara,
"kau ini, tak sadar aku sudah lama menunggu perhatianmu." aku hanya tersenyum, mendongak dan melihat ke arahnya, karena aku telah hafal dengan suaranya.
"hmmm ya, ada apa?" balasku malas-malasan, karena itu berarti aku harus menghentikan untuk sejenak tarian jemariku dan tarian kata-kata di kepalaku.
kulihat dia mengulurkan sebuah bungkusan ke arahku,
"makanlah. aku tahu kamu pasti di sini dalam kondisi belum makan."
"kebetulan sekali, aku memang belum makan, dan aku tak mau bersusah-susah menghentikan kata-kata yang berlompatan di dalam kepalaku."
"sedang menulis apa?" pertanyaanmu tak perlu kujawab karena sudah terputar ke arahmu layarku itu, sementara aku begitu saja melahap isi bungkusan yang diulurkannya tadi, tanpa banyak mengeluarkan kata-kata pembukaan padanya. seolah aku telah terbiasa dengan hal semacam ini. dan bukannya aku memang telah terbiasa dengannya? mungkin hanya di tempat ini saja, saat-saat kami berdekatan seperti ini, saat aku merasa tak perlu membohongi diriku sendiri bahwa aku merasa sangat senang berada di dekatnya.
"kau ini saat makan apa memang harus sambil membaca?" tiba-tiba kata-katanya meluncur begitu saja sembari merebut buku tipis rielke dari tanganku.
"ya, karena aku tak tahu harus aku apakan makananku jika aku sedang mengunyah." balasku sambil mencoba merebut kembali buku itu. aku tak sadar ternyata dia memperhatikan aku saat aku makan sambil membaca, kukira dia sudah asyik melotot di depan layarku.
"ah kau jadi merusak selera."
"kebiasaan yang tak patut untuk kau lanjutkan. sebaiknya mulai dihentikan."
"ya, sama dengan aku sekarang jadi menghentikan makanku, karena aku sudah kenyang." jawabku kembali sambil meletakkan sendok. aku masih mencoba membereskan sisa makananku saat dia menarik bungkusan sisa itu ke hadapannya, dan dengan santainya dia mengambil sendok, lalu mulai makan. aku agak melotot melihat perilakunya, hampir tak percaya sampai aku masih berusaha mengumpulkan kata-kata yang nantinya sesuai untuk kuucapkan dalam menghadapi kenyataan di hadapanku, kenyataan bahwa dia dengan cukup sadar dan ketenangan yang pasti memakan sisa makananku tadi.
"a a apa yang kau lakukan dengan sisa makananku?"
"kau tak lihat aku juga makan? wah jika aku tahu kau makan semua ikannya, tadi aku ambil dobel." kata-katanya meluncur begitu saja di sela-sela kunyahannya. aku masih tak percaya dia dengan tenang makan makanan sisaku. membuatku bingung harus mengatakan apalagi padanya hingga dia selesai pada butir nasi yang terakhir.
"sebenarnya aku jarang sekali makan masakan kantin, hampir tidak pernah malah. tapi kali ini aku merasa masakannya lumayan enak. jadi menyesal tidak dari dulu aku mengetahuinya."
"aku, aku tak memintamu untuk membelikan aku makanan kan?" kataku terbata, aku benar-benar bingung harus mengatakan apa.
"besok-besok lagi aku belikan lagi ya. mungkin lain kali harus 2 bungkus belinya. hahaaa ternyata aku menyukai masakan kantin juga." dia berkata seolah ingin mencairkan suasana yang kubuat sendiri menjadi tak nyaman karena keherananku tadi. dia mengalihkan pembicaraan seperti mengubah huruf besar menjadi huruf kecil, hanya dengan sekali klik. harusnya aku garuk-garuk kepala yang tidak gatal saja untuk mengekspresikan hal itu, tapi aku hanya bengong melihat padanya. sampai tersadar setelah tangannya menggenggam tanganku. lho sejak kapan tangan hangatnya menyukai tanganku?
"tenang saja, aku menyukaimu. apapun kamu. aku senang kok berbagi apapun denganmu, seperti makanan tadi. tapi ngomong-ngomong kamu tak memiliki penyakit tertentu kan?"
"punya, aku punya penyakit insomnia. dan penyebab utama aku sampai menderita insomnia adalah telepon yang berdering pada tengah malam. dan itu adalah darimu." kataku padanya sambil tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar