Dengan
suaramu yang mengalun perlahan, aku ingin mengatakan sesuatu. Sepagi ini aku
sudah harus menghadapi kepahitan demi kepahitan hanya karena aku belum selesai
mengerjakan tugasku. Aku sudah berusaha mengerjakan, dan mengapa pula masih
menemui kebuntuan, yang berujung pada kenyataan pahit yang harus aku hadapi
sendiri. Aku benci harus mengawali hari dengan ketidakenakan, padahal masih
banyak pula yang harus aku kerjakan, dan jika belum kutuliskan keluh kesahku
saat ini, besar kemungkinan aku tak akan bisa mengerjakan kelanjutan pekerjaanku.
Itulah yang kerap terjadi padaku, aku agak susah membangun mood bekerja, jika
sepagi ini sudah banyak ganjalan. Aku berusaha konsentrasi, tetapi selalu
berujung pada ketidakmampuan otakku mencerna satu persatu pekerjaan dan emosi.
Susah kupisahkan, karena itulah bagiku baiknya aku menulis emosiku, untuk
kemudian dengan sendirinya akan memisahkan diri dengan pekerjaan sehingga aku
bisa bekerja dengan lebih baik.
Aku
sudah bosan mengata-ngatai para burung nazar ini dengan segala kosakata umpatan
yang aku miliki, tetapi tetap saja hal tak mengenakkan yang diterima oleh
telingaku. Aku merasa mereka menyudutkan aku saat aku tak siap apaun untuk
menangkal segala perkataan tak enak yang harus aku dengar. Ketika aku sumbat
telingaku, masih juga terdengar kicau meracau yang pahit itu di telinga,
membuatku muak jika harus berlama-lama berada di salah satu lingkaran dante
itu. Aku sekarang mengumpamakan berada di front office adalah berada dalam
salah satu lingkaran dante. Entah baiknya lingkaran yang ke berapa istilah yang
pas untuk menggambarkan kondisi di front office.
Aku
hanya ingin sejenak berada sendirian saja, aku ingin mencerna kenyataan yang
serba memuakkan ini, dengan caraku sendiri. Aku benar-benar tak mau ingin jeda
untuk merasa seruangan dengan orang lain. Aku sebisaku ingin sendiri saja dulu,
agar aku tak perlu merasa harus berada bersama dengan orang lain.
Antara
kita memang ada yang tak tertampung kata
Selain
sebagai getir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar