Januari 08, 2012
Kidung Sastra di Bumi Dewata
Setelah dua kali mewirama atau mendendangkan kalimat tersebut, ia mengerling ke arah Ni Nyoman Putriasa yang duduk di sisi kanannya, berhenti sejenak, kemudian tersenyum dan mengangguk. Dengan langgam puitis, Ni Nyoman Putriasa menerjemahkan kalimat itu ke dalam bahasa Bali.
Gedong Kirtya, yang awalnya bernama Stichting Liefrinck Van der Tuuk merupakan sebuah yayasan penyimpanan lontar. Yayasan ini didirikan berdasarkan hasil Pertemuan Kintamani oleh para cendekiawan Hindia Belanda, yang dihadiri pula oleh para pinandita (pemuka agama) dan raja-raja Bali, pada 1928. Dulunya gedung ini juga diperuntukkan bagi penyimpanan hasil penerbitan berkala yang terkait dengan segala penelitian yang dilakukan di pulau dewata.
Kini, memasuki ruang lontar Gedong Kirtya seperti kembali ke masa lalu: naskah-naskah lontar didekap keropak atau kotak kayu, ditata apik di atas dua buah rak cokelat tua bertingkat enam. Di rak sepanjang sekitar tiga meter itu setiap keropak memiliki keterangan di ujungnya. Satu keropak mewadahi beberapa buah lontar.
Di Tanah Riau yang tersohor akan kecantikan naskah Melayu, Anna Soraya, Kepala Divisi Konservasi Perpustakaan Nasional, berniat melakukan pelestarian dan pendokumentasian naskah. Setelah melewati perjalanan panjang dan tiba di rumah penduduk, ia tercengang saat disuguhi kertas putih bertinta hitam: Lembaran fotokopi. Naskah asli berbahan dluwang (semacam kertas berbahan kulit kayu) telah dijual ke negeri tetangga, sang pemilik mengakui.
Di rumahnya yang berudara sejuk di daerah Jasi, Karangasem, Bali, I Wayan Edi Wistara memamerkan sulitnya menuris di atas lontar saat ia baru mempelajarinya sekitar dua puluh tahun silam. Pengrupak atau pengutik, alat yang digunakan, dipegang dengan jari kanan hampir sama dengan cara memegang pensil, tetapi jempol kiri ikut memberikan penekanan. Kerumitan semakin bertambah mengingat lontar ini diukir pada dua sisinya.
Suara aliran sungai yang membelah Bali Art Center Denpasar pagi itu lenyap dalam riuh lomba di area sekelilingnya. Di area Ratna Kanda, sembilan pria dan sembilan wanita remaja tingkat SMP mewakili kabupaten sedang mengalihaksarakan teks berbahasa Bali berhuruf latin ke dalam aksara Bali di atas daun lontar.
kesal
Kesal aku sekesal-kesalnya. Jiwaku tiap detik berubah warna. Tak tahulah aku, mungkin aku harus diam saja merasai semua ini, ataukah mengutuki diri sendiri yang tak bosan-bosannya mengingat kejadian pahit di masa lalu. Apakah masalalu itu? Kemanakah sulur-sulurnya merambat dan hari-harinya yang keemasan itu disimpan? Mengapa hanya kesedihannya yang sering datang? Seperti potret kusam kenangan hitam. Aku merangkaki dinding buta, tak satu jua pintu terbuka. Mungkin kau takkan apa-apa, aku terpanggang tinggal rangka
Januari 04, 2012
berpikir
Susah juga harus memulai dari mana. Tapi benar-benar aku ingin menuliskannya sekarang, sebelum aku melupakan topik ini. Terserahlah jika nanti ada yang agak susah memahaminya, aku ingin mengatakan bahwa yang akan kutulis mungkin merupakan kutipan-kutipan yang meloncat-loncat. Seperti Idrus, mungkin akan ada yang mengatakan seperti naik kereta kuda di jalan berbatu. Ahh, adakah yang akan memahami maksudku, aku tak terlalu ambil perduli.
Kemarin, aku sudah lupa persisnya berawal dari pembicaraan tentang apa, yang jelas aku lalu berkata bahwa ternyata Jung diam-diam memperhatikan Cihuahua terus. Aku tak merasa harus bersambut ketika gurauanku itu mendapat balasan bahwa Jung merasa Cihuahua memang indah untuk dilihat, atau tepatnya lebih enak dilihat saja. Aku ingat ketika sambil menunjuk ke arahku, dia sempat juga berkomentar kepada Husky bahwa untuk berbicara itu lebih enak denganku. Aku langsung mengerti maksudnya. Bukannya aku marah dengan statement semacam itu, sama sekali bukan. Aku hanya merasa, worth enough to be his friend.
Mungkin aku perlu menambahkan bahwa aku ternyata sama saja dengan Cihuahua. Tentu saja dalam konteks yang berbeda. Jika memang Cihuahua itu takut terlihat tua sesuai umurnya, maka ketakutanku lebih berasal dari sisi otakku, aku takut terlihat bodoh. Masih jelas kutipan kalimat Asrul, mungkin, bahwa berpikir itu sesuatu yang mewah. Aku ingin menjadi setidaknya begitu.
Kembali pada statement Jung bahwa aku lebih enak untuk diajak berbicara, ada sebuah perasaan yang sulit untuk aku lupakan, setidaknya dengan secuil pembicaraan itu sudah mampu membuatku lama berpikir bahwa menurutku itu sebuah pujian. Sama seperti pujian yang diharapkan Cihuahua ketika dia dibilang cantik sekali hari ini. Aku merasa, sedikit ada kebanggaan, bahagia karena ada yang memuji sesuatu yang lain, yang tidak biasanya dari diriku, yang berbeda. Bagaimana ya mendeskripsikannya. Agak susah menjelaskan bahwa aku memang suka being different. I have my own difference.
Aku teringat cerpen Sirikit Syah yang berjudul Perempuan Suamiku. Dan dari situlah aku ingin betanya besok, jika aku sudah bertemu dengan belahan jiwaku. Akan kutanyakan pendapatnya tentang hal ini. Benarkah dia menyukaiku karena aku smart. Itu jika aku sudah terlalu sombong dengan diriku, mengatakannya begitu.
Aku memang merasa tidak ada yang istimewa dalam diriku. Bahkan di dalam kerumunan, aku mungkin akan terlihat sama saja, kecuali kerumunan anak kecil! Yang membedakan aku bahkan dengan teman-teman perempuanku di tempat kerja mungkin dalam hal selera, dalam banyak hal. Seleraku benar-benar berbeda dengan selera umum mereka. Aku juga memiliki sedikit kecenderungan yang berbeda tentang banyak hal. Aku menyukai hal-hal yang bahkan sedikitpun tidak akan pernah terlintas di benak mereka.
Setidaknya kalimat bahwa berpikir itu sebuah kemewahan masih selalu berada di benakku. Dan bagi mereka sebuah kemewahan adalah duduk di kursi yang mahal.
Januari 02, 2012
aku mendengarmu
serasa kamu ada di sini, menemaniku. dan bahkan aku masih bisa mendengar desah nafasmu. ahh, mungkin hanya dalam pikiranku, aku melihatmu kembali. tapi benarkah kau akan kembali? dan sekelumit tanya merebak.
aku sungguh mengharap kamu ada di sini sekarang, agar semua terasa jelas bagiku, setidaknya begitu.
aku masih menunggumu
aku sungguh mengharap kamu ada di sini sekarang, agar semua terasa jelas bagiku, setidaknya begitu.
aku masih menunggumu
ikatan
Ikatan yang terbentuk di antara kami bukanlah ikatan yang bisa dihancurkan oleh ketidakhadiran, jarak, atau waktu. Dan tak perduli apakah ia lebih istimewa, lebih rupawan, lebih pintar, atau lebih sempurna daripada aku, bagaimanapun ia sudah berubah, tak bisa diperbaiki lagi, sama seperti aku. Sama halnya aku akan selalu menjadi miliknya, demikian juga ia akan selalu menjadi milikku.
dear diary
i have a bad night. something was disturbing me trough the night. make me really hard to sleep again after a long and bad dream, i thought. maybe because of my book, i dont know. how could that book influenced me much.
i thought it was the love story that i really like. but i cant stop reading it. and even i read it more and more times, to make sure i really understand their words. well, it just like i read harry in the old days, and one thing i know for sure, i own those books so i can read more and more times.
lets talk about today's best issues. i thought i'll meet tts, but in my mind just full of thinking him as usual, i know for sure that it could be impossible, i know him much. hard for me to believe what he said, he'll come on january 3rd, i know that he'll not keep his words. but a moment i feel happy imagining he came to my office, say hello, make an appointment for a lunch meeting, and so and so. i just take my deep breath, smiling wether it would be happened again. im waiting.
Langganan:
Postingan (Atom)