Secara harfiah, orang Jawa memahami kata "agama" sepadan dengan "ageman" (baju atau busana). Dalam artian lebih luas terkait pandangan hidup, "ageman" berarti pegangan. Sebagaimana ajaran KPPA Mangkunegara IV, dalam salah satu syair di Serat Wedhatama, menyebut bahwa agama ageming aji (agama adalah pegangan pemimpin).
"Agama" dalam konteks tersebut tidak secara spesifik mengacu pada ajaran-ajaran nabi atau kitab suci. Tetapi, lebih menekankan laku-budi luhur manusia di dalam hubungannya dengan orang lain mampu menciptakan "baju" atau "identitas" yang beradab. Laku lebih menjamin keadaban seseorang ketimbang tampilan-tampilan fisik yang ditampakkan di hadapan orang lain. Demikian, kemartabatan manusia lebih terjamin oleh laku mulia ketimbang busana atau aksesori penyangga ketubuhan yang bersifat artifisial dan terus berganti sesuai diktum ekonomi yang kapitalistik. Juga lebih berharga ketimbang perilaku yang penuh "riasan" atau "aksesori" untuk sebuah pencitraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar