September 26, 2012

dengan teman

" Kau melamun lagi."
" Ya. Kacau saja perasaanku."
" Sedih memikirkan dia ya?"
" Bukan. Kacau banget. Aku takut sepertinya Pipi merasa kalau aku hanya menjadikan dia pelampiasan."
" Lantas apa reaksi Pipi?"
" Tak ada. Seolah tak ada apa-apa."
" Berarti itu perasaanmu saja. Siapa tahu Pipi tidak menganggap demikian. Kamu sendiri kenapa tidak bisa membalas perasaan Pipi? Kamu tuh disukai pangeran kok tidak mau."
" Aku bukan cinderella express. Nothing's so special in me."
" Hahaaaa....memang tidak ada. Tidak ada yang istimewa padamu. Kecuali Pipi saja yang melihat hal itu dari sudut pandang yang berbeda. Dari balik tembok!"
" Kau ini!"
"Tunggu. Mungkin itulah yang disukainya."
" Maksudmu apa?"
" Itu. Mukamu yang cemberut dan matamu yang membulat saat ngambek."
" Sudah dua kali kau mengejekku."
" Ya. Dan kalau sudah seratus kali aku akan memberimu hadiah voucher makan es krim."
" Gila kau!. Aku tidak makan es krim. Kau cari amannya saja."
" Menurut yang aku dengar, sepertinya sudah menjadi rahasia umum jika Pipi seka bertengkar dengan si itu. Bisa saja salah satu alasannya adalah kau."
" Kira-kira kenapa ya?"
" Mereka sepertinya punya hubungan aneh. Bersaudara tapi aneh."
" Maksudmu?"
" Aku pernah sekali waktu mendengar mereka adu mulut, dan sekalinya aku dengar ada yang menyebut namamu."
" ............."
" Aku rasa Pipi serius menyukaimu."
" Aku sudah bilang kan, mengapa harus aku?"
" Tanya padanya, jangan padaku. Kau meremehkan namanya yang terukir di cincin yang sedang kau pakai. Itu bukan sekedar hadiah ulang tahun yang bisa saja diberikan kepada sembarang cewek yang lewat di depannya. Pasti  ada maksud lain."
" Aku jadi mengendus ada yang aneh denganmu. Mengapa kamu selalu membelanya."
"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar