aku masih merasa kesal dan marah dengan diriku sendiri, yang tak mampu menguasai perasaanku, yang tak bisa menahan gejolak hatiku, dan menutupi kegugupanku di depan yonggi. aku sudah sejak lama merasa mulai menyukainya, meskipun aku tahu dia tak pernah membalas perasaanku, namun aku masih tak bisa berpaling ke hati yang lain, meski aku tahu aku bukan tipe yang dia sukai, aku masih berharap dia akan berpaling melihatku yang sudah lama memendam perasaan suka padanya. karena itulah aku menyanggupi untuk bekerja bersamanya, melakukan pekerjaan yang membuatku bisa sering berdekatan dengannya. selain aku mengakui bahwa aku memang membutuhkan uang dari pekerjaanku itu. masih banyak uang yang harus aku kumpulkan untuk menutupi biaya hidup dan sekolah lanjutanku, jadi aku harus fokus untuk bekerja, dan melanjutkan keinginanku. aku harus mulai menekan perasaanku yang maunya jadi macam-macam seperti ini, aku tak boleh terlena untuk menyenangkan hatiku saja, tanpa mengingat tujuanku sebenarnya.
aku sedang benar-benar drop kondisiku, karena kecapekan kerja sehari sebelumnya, kemudian aku harus terbang ke kota lain yang cukup menguras tenagaku, jadi sepanjang perjalanan aku hanya diam, pura-pura tidur agar tidak diganggu, atau aku hanya melamun. aku mendengar yonggi, yang duduk di sebelahku, yang cukup sering bertanya tentang keadaanku, apakah aku baik-baik saja, lama-lama sampai aku merasa bosan menjawab, jadi aku diamkan saja. aku tak terlalu perduli alasan dia mengkhawatirkan aku semacam itu, karena aku sudah cukup lelah memikirkan kondisi badanku yang agak memburuk. aku takut tidak bisa bekerja dengan baik, dan uangku akan melayang.
yonggi masih beberapa kali mengulang pertanyaan yang sama tentang keadaanku, dan karena aku tidak bereaksi, lama-lama dia hanya menggenggam erat tanganku. aku juga tak tahu hal itu dilakukan atas dasar apa. mungkin dia merasa kasihan melihatku begitu lemas, tak berdaya, dan mungkin aku terlihat sangat pucat juga. aku diamkan saja tangannya yang terus menggenggam tanganku sepanjang perjalanan itu.
hingga ketika kita sampai di hotel, berpisah untuk masuk ke kamar masing-masing, aku masih sempat melihat tatapan kuatir darinya. aku hanya konsentrasi pada otakku yang merapal berkali-kali tentang tidur dan mandi air hangat, akhirnya hanya mampu menjawabnya dengan senyum. semoga dia bisa mengerti arti senyumku, bahwa aku sangat senang diperhatikan olehnya seperti itu. sungguhpun aku memang bukan tipe yang disukainya. tapi aku menduga dia tak akan mengerti seperti yang aku pikirkan, karena aku tahu aku mungkin hanya dianggap fansnya. aku kemudian berlalu dari hadapannya, menuju kamarku, kasur, dan air hangat.
terdengar ketukan di pintu. entah sudah berapa lama aku tertidur, tadi setelah mandi aku merasa sudah terlalu ingin naik ke tempat tidur, jadi aku masih setengah telanjang ketika terbangun dan mengira-ngira aku sedang berada di mana, mengumpulkan segenap kesadaranku, dan mengapa aku berada sendiri di kamar hotel itu.
masih terdengar ketukan di pintu. ketika aku menyadari sepenuhnya, apa yang harus aku lakukan, alasan aku berada di hotel itu, akhirnya aku beranjak turun dari tempat tidur, berganti baju segera, lalu menuju ke pintu. tepat saat aku membuka pintu, kudengar gerutuan yonggi di depanku, yang semakin membuatku bingung, mengapa makhluk tampan itu sudah berada di depan kamarku, menggerutu pelan, dan melihat kepadaku seperti meneliti kuman di dalam mikroskop. aku memang masih belum sadar sepenuhnya dengan kondisi badanku, jadi antara badan dan otak masih belum singkron. aku butuh beberapa saat untuk menyadari apa yang terjadi ketika tiba-tiba saja yonggi sudah menarik tanganku, membuatku menutup pintu dengan tergesa, dan setengah berlari mengikuti langkahnya di sampingku.
"kamu harus makan. aku melihatmu seperti balon kempes dari tadi. aku harus membuatmu sehat agar kerjaan kita besok lancar"
ooowww.....jadi itu alasan yonggi menyeretku dengan ganas tadi. hanya karena aku harus makan. bukankah aku tak perlu seseorang untuk menyeretku seperti adegan penculikan seperti itu kalau hanya untuk mengisi perut? yonggi sudah keterlaluan, tapi aku senang dengan perhatiannya. kembali pada kata aku menyukainya. jadi apapun yang membuatku dekat dengannya memang membuatku senang. sungguhpun saat ini kondisiku sedang tidak terlalu bagus untuk hal semacam itu.
aku makan di depannya, dengan tatapannya yang menyelidik seakan ada sebulir nasi di pipiku, dan dia seperti akan menelanku jika makanan di hadapanku aku dorong ke tengah meja karena aku kenyang. dan benar saja, dia sudah memasang muka sebal saat aku mendorong makananku ke tengah meja. aku memang sudah kenyang, dan terlebih lagi, aku sedang tidak berselera. makan sambil diawasi semacam itu, membuatku semakin mual. aku kemudian permisi meninggalkan meja untuk kemudian kembali ke kamar dengan alasan aku akan minum obat.
"sampai jumpa besok, terima kasih untuk makanannya", sahutku dengan tulus, dan tak lupa memasang senyum, sambil berdoa agar dia juga menyukaiku.
coz i only feel alive when i dream at night
jadi aku merasa lebih baik saat aku diam, memejamkan mata, membayangkan dia, dan memimpikannya.
hanya itu yang bisa aku lakukan, karena tidak mungkin aku bisa mengubah hati seseorang.
aku kembali mengingat-ingat kedekatan yang selama ini sudah terbangun. kedekatan karena kerjasama, karena selalu bersama dalam satu atap dengan alasan pekerjaan, karena hubungan pertemananku yang begitu baik dengan manajernya, membuatku sering dipanggil bertugas dan terlibat dengannya. hingga terjadi peristiwa waktu itu, hal yang tak ingin aku ingat, tapi aku merasa senang jika mengenangnya. seakan bagian yang indah dan tak kan bisa terulang.
saat aku harus kembali terlibat kerjasama dengan yonggi dan grupnya, dan membuatku kerja hingga larut, sering lupa waktu, dan sering pula punya alasan yang cukup baik untuk berada di asramanya. aku ingat, waktu itu aku memang sedang tak ingin pulang karena aku sedang menghindari temanku yang datang untuk menginap di tempatku hanya karena butuh meminjam uangku, jadi aku akhirnya beralasan sibuk bekerja dan tidak pulang. aku terdampar di kamar yonggi hingga besoknya, karena di asrama yang tersisa hanya aku dan dia, yang lain malah sedang bekerja di studio, tidak pulang semalaman. aku sama sekali tidak menggodanya, awalnya aku ke kamarnya untuk menawari kopi, dan karena aku sedang tidak ingin pulang maka aku mengajak ngobrol tentang macam-macam hal, bertanya tentang banyak hal, saling curhat. aku lupa persisnya sedang membicarakan apa, hingga tahu-tahu dia sudah berdiri tepat di depan aku duduk. merebut cangkir kopi dari tanganku, dan mulai menciumku.
semua terjadi begitu saja, seakan seperti sudah seharusnya. karena aku memang sangat menyukainya, maka aku tak terlalu terbebani tidur dengannya. aku ingat, ini yang kedua kalinya, sejak yang pertama adalah dengan kekasih lamaku yang kemudian pergi meninggalkanku begitu saja. berulang kali aku katakan kalau aku menyukainya. aku tak terlalu perduli dengan jawabannya, reaksinya, aku katakan aku ingin jadi kekasihnya untuk malam itu saja. dan kuingat dia menyanggupi. dia mengatakan iya, dan tersenyum, selayaknya sebagai kekasihku. mungkin karena hal itulah, aku sering mengenang peristiwa itu sebagai sesuatu yang menyenangkanku.
kali ini aku merasa hidup, seakan ada sesuatu yang berarti yang membuatku bertahan dalam menghadapi kerasnya jalan hidupku. seakan dialah alasanku untuk selalu melihat sesuatu dengan kepala dingin dan tetap fokus. mungkin aku sudah mulai mencintainya.
esoknya, aku bekerja bersamanya. mengikuti sesi demi sesi pemotretan untuk promo albumnya, untuk produk iklan, dan model mv. kesibukanku cukup menyita perhatianku hingga aku melupakan keganasan saat dia menyeretku untuk makan kemarin, mengalahkan ingatanku akan genggaman tangannya yang tak beralih selama di perjalanan. dan yang utama, aku sudah bisa fokus ke pekerjaan, tanpa memasukkan perasaanku ke dalamnya. meski ada adegan yang di luar skenario, aku masih menganggapnya biasa saja, tanpa beban perasaan. dia dengan enteng membuat improvisasi dengan mencium pipiku, dan mengatakan merindukanku, saat pemotretan untuk model iklan baju musim depan. hasilnya memang terlihat bagus dan membuat semua pihak cukup puas. mungkin karena akupun tersipu dengan tingkahnya, sehingga membuat efek yang bagus.
aku sedang benar-benar drop kondisiku, karena kecapekan kerja sehari sebelumnya, kemudian aku harus terbang ke kota lain yang cukup menguras tenagaku, jadi sepanjang perjalanan aku hanya diam, pura-pura tidur agar tidak diganggu, atau aku hanya melamun. aku mendengar yonggi, yang duduk di sebelahku, yang cukup sering bertanya tentang keadaanku, apakah aku baik-baik saja, lama-lama sampai aku merasa bosan menjawab, jadi aku diamkan saja. aku tak terlalu perduli alasan dia mengkhawatirkan aku semacam itu, karena aku sudah cukup lelah memikirkan kondisi badanku yang agak memburuk. aku takut tidak bisa bekerja dengan baik, dan uangku akan melayang.
yonggi masih beberapa kali mengulang pertanyaan yang sama tentang keadaanku, dan karena aku tidak bereaksi, lama-lama dia hanya menggenggam erat tanganku. aku juga tak tahu hal itu dilakukan atas dasar apa. mungkin dia merasa kasihan melihatku begitu lemas, tak berdaya, dan mungkin aku terlihat sangat pucat juga. aku diamkan saja tangannya yang terus menggenggam tanganku sepanjang perjalanan itu.
hingga ketika kita sampai di hotel, berpisah untuk masuk ke kamar masing-masing, aku masih sempat melihat tatapan kuatir darinya. aku hanya konsentrasi pada otakku yang merapal berkali-kali tentang tidur dan mandi air hangat, akhirnya hanya mampu menjawabnya dengan senyum. semoga dia bisa mengerti arti senyumku, bahwa aku sangat senang diperhatikan olehnya seperti itu. sungguhpun aku memang bukan tipe yang disukainya. tapi aku menduga dia tak akan mengerti seperti yang aku pikirkan, karena aku tahu aku mungkin hanya dianggap fansnya. aku kemudian berlalu dari hadapannya, menuju kamarku, kasur, dan air hangat.
terdengar ketukan di pintu. entah sudah berapa lama aku tertidur, tadi setelah mandi aku merasa sudah terlalu ingin naik ke tempat tidur, jadi aku masih setengah telanjang ketika terbangun dan mengira-ngira aku sedang berada di mana, mengumpulkan segenap kesadaranku, dan mengapa aku berada sendiri di kamar hotel itu.
masih terdengar ketukan di pintu. ketika aku menyadari sepenuhnya, apa yang harus aku lakukan, alasan aku berada di hotel itu, akhirnya aku beranjak turun dari tempat tidur, berganti baju segera, lalu menuju ke pintu. tepat saat aku membuka pintu, kudengar gerutuan yonggi di depanku, yang semakin membuatku bingung, mengapa makhluk tampan itu sudah berada di depan kamarku, menggerutu pelan, dan melihat kepadaku seperti meneliti kuman di dalam mikroskop. aku memang masih belum sadar sepenuhnya dengan kondisi badanku, jadi antara badan dan otak masih belum singkron. aku butuh beberapa saat untuk menyadari apa yang terjadi ketika tiba-tiba saja yonggi sudah menarik tanganku, membuatku menutup pintu dengan tergesa, dan setengah berlari mengikuti langkahnya di sampingku.
"kamu harus makan. aku melihatmu seperti balon kempes dari tadi. aku harus membuatmu sehat agar kerjaan kita besok lancar"
ooowww.....jadi itu alasan yonggi menyeretku dengan ganas tadi. hanya karena aku harus makan. bukankah aku tak perlu seseorang untuk menyeretku seperti adegan penculikan seperti itu kalau hanya untuk mengisi perut? yonggi sudah keterlaluan, tapi aku senang dengan perhatiannya. kembali pada kata aku menyukainya. jadi apapun yang membuatku dekat dengannya memang membuatku senang. sungguhpun saat ini kondisiku sedang tidak terlalu bagus untuk hal semacam itu.
aku makan di depannya, dengan tatapannya yang menyelidik seakan ada sebulir nasi di pipiku, dan dia seperti akan menelanku jika makanan di hadapanku aku dorong ke tengah meja karena aku kenyang. dan benar saja, dia sudah memasang muka sebal saat aku mendorong makananku ke tengah meja. aku memang sudah kenyang, dan terlebih lagi, aku sedang tidak berselera. makan sambil diawasi semacam itu, membuatku semakin mual. aku kemudian permisi meninggalkan meja untuk kemudian kembali ke kamar dengan alasan aku akan minum obat.
"sampai jumpa besok, terima kasih untuk makanannya", sahutku dengan tulus, dan tak lupa memasang senyum, sambil berdoa agar dia juga menyukaiku.
coz i only feel alive when i dream at night
jadi aku merasa lebih baik saat aku diam, memejamkan mata, membayangkan dia, dan memimpikannya.
hanya itu yang bisa aku lakukan, karena tidak mungkin aku bisa mengubah hati seseorang.
aku kembali mengingat-ingat kedekatan yang selama ini sudah terbangun. kedekatan karena kerjasama, karena selalu bersama dalam satu atap dengan alasan pekerjaan, karena hubungan pertemananku yang begitu baik dengan manajernya, membuatku sering dipanggil bertugas dan terlibat dengannya. hingga terjadi peristiwa waktu itu, hal yang tak ingin aku ingat, tapi aku merasa senang jika mengenangnya. seakan bagian yang indah dan tak kan bisa terulang.
saat aku harus kembali terlibat kerjasama dengan yonggi dan grupnya, dan membuatku kerja hingga larut, sering lupa waktu, dan sering pula punya alasan yang cukup baik untuk berada di asramanya. aku ingat, waktu itu aku memang sedang tak ingin pulang karena aku sedang menghindari temanku yang datang untuk menginap di tempatku hanya karena butuh meminjam uangku, jadi aku akhirnya beralasan sibuk bekerja dan tidak pulang. aku terdampar di kamar yonggi hingga besoknya, karena di asrama yang tersisa hanya aku dan dia, yang lain malah sedang bekerja di studio, tidak pulang semalaman. aku sama sekali tidak menggodanya, awalnya aku ke kamarnya untuk menawari kopi, dan karena aku sedang tidak ingin pulang maka aku mengajak ngobrol tentang macam-macam hal, bertanya tentang banyak hal, saling curhat. aku lupa persisnya sedang membicarakan apa, hingga tahu-tahu dia sudah berdiri tepat di depan aku duduk. merebut cangkir kopi dari tanganku, dan mulai menciumku.
semua terjadi begitu saja, seakan seperti sudah seharusnya. karena aku memang sangat menyukainya, maka aku tak terlalu terbebani tidur dengannya. aku ingat, ini yang kedua kalinya, sejak yang pertama adalah dengan kekasih lamaku yang kemudian pergi meninggalkanku begitu saja. berulang kali aku katakan kalau aku menyukainya. aku tak terlalu perduli dengan jawabannya, reaksinya, aku katakan aku ingin jadi kekasihnya untuk malam itu saja. dan kuingat dia menyanggupi. dia mengatakan iya, dan tersenyum, selayaknya sebagai kekasihku. mungkin karena hal itulah, aku sering mengenang peristiwa itu sebagai sesuatu yang menyenangkanku.
kali ini aku merasa hidup, seakan ada sesuatu yang berarti yang membuatku bertahan dalam menghadapi kerasnya jalan hidupku. seakan dialah alasanku untuk selalu melihat sesuatu dengan kepala dingin dan tetap fokus. mungkin aku sudah mulai mencintainya.
esoknya, aku bekerja bersamanya. mengikuti sesi demi sesi pemotretan untuk promo albumnya, untuk produk iklan, dan model mv. kesibukanku cukup menyita perhatianku hingga aku melupakan keganasan saat dia menyeretku untuk makan kemarin, mengalahkan ingatanku akan genggaman tangannya yang tak beralih selama di perjalanan. dan yang utama, aku sudah bisa fokus ke pekerjaan, tanpa memasukkan perasaanku ke dalamnya. meski ada adegan yang di luar skenario, aku masih menganggapnya biasa saja, tanpa beban perasaan. dia dengan enteng membuat improvisasi dengan mencium pipiku, dan mengatakan merindukanku, saat pemotretan untuk model iklan baju musim depan. hasilnya memang terlihat bagus dan membuat semua pihak cukup puas. mungkin karena akupun tersipu dengan tingkahnya, sehingga membuat efek yang bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar