kepalaku terasa berat sejak aku berangkat kerja. semalam terasa mimpi yang aku rasakan begitu nyata. aku masih saja mabuk dengan halusinasi bahwa kau ada, dan merindukanku pula. aku merasa mendengar bisikanmu, memanggil namaku. akhirnya pagi tadi dengan segala keresahan yang aku rasakan, kepalaku berdenyut seperti dipukul-pukul palu.
sambil memijit kepalaku seakan mampu meredam hantaman palu di kepalaku, aku berjalan menyusuri lorong menuju ruang kerja. tadi selama di dalam lift pun aku mencoba untuk tidak bereaksi dengan sekitarku. aku ingin segera berlalu begitu saja dan segera duduk di meja kerjaku. sepintas kulirik taka di seberang mejaku. dia sedang sibuk dengan tugasnya. untungnya dia tidak memperhatikanku.
masih tergambar dengan jelas dalam tidurku semalam. aku seperti merasakan keresahan yang luar biasa dari Yonggi. dia seperti merintih dengan duka di hatinya, sambil memegang dadanya, dia membisikkan namaku. aku bahkan melihat air mata menetes dari sudut matanya. dalam hati aku bisa merasakan kalimatnya, aku merindukanmu, diulang-ulang dia bisikkan ke arahku.
aku terbangun dengan peluh membasahi baju tidurku. aku seperti terlempar dari dunia lain. aku terengah-engah menatap nanar ke sekeliling, seakan mencari dimana Yonggi. berharap dia hanya beringsut ke ruang sebelah atau apa, namun aku sadar aku hanya berhalusinasi. hal yang malah membuat kepalaku semakin berat.
dengan tangan masih sesekali memijit kepala, aku pamit ke toilet. aku merasa tatapan mata taka mengikutiku. dan ternyata memang iya. sebentar kemudian di depan pintu toilet aku mendapati dia menghadang langkahku.
"kau tak apa-apa?"
"tidak. aku hanya kurang tidur semalam, sekarang kepalaku terasa agak berat." aku beringsut berlalu ke dalam toilet. sebenarnya aku benar-benar risi dengan perhatiannya yang menurutku tidak perlu. aku sudah pernah menolaknya, seharusnya dia menghindariku juga, namun yang terjadi malah sebaliknya. dia masih saja menaruh perhatian yang besar terhadapku. hingga aku sendiri merasa tak enak dibuatnya.
di dalam toilet, kuambil ponselku, setelah kubuka, sesaat yang melintas di benakku hanyalah kerinduan untuk mendengar suara yonggi. aku masih membayangkan, kira-kira reaksi yonggi seperti apa jika aku menelponnya, ketika tanganku ternyata tidak sejalan dengan otakku, tiba-tiba saja aku sudah menekan tombol call, dan sudah tersambung dengan yonggi. sedikit tergagap kutempelkan ponsel ke telingaku dan kudengar suara yonggi di seberang,
"hallo."
sapaan singkat yang mampu melipatgandakan deburan jantungku. kembali aku mengumpulkan kekuatan untuk menjawabnya,
"hai." hanya itu yang sementara bisa aku suarakan padanya. setelahnya kudengar kalimatnya lagi,
"im in the midle of practicing. "
"sorry." sahutku.
"its ok. time for break, huh. so what is up?" sepertinya dia pun enggan untuk memutus telepon.
"aku hanya....aku hanya...." kalimatku menggantung karena aku sendiri bingung harus mengatakan apa, karena tak ada kalimat lain selain "aku merindukanmu".
"aku bermaksud ke tempatmu, bisakah kau sms alamatmu?" kalimat yonggi terasa tajam menembus jantungku. aku terbata saat mengiyakan, "i...iya" dan malah tak terasa aku sudah membungkuk seperti dia berada di depanku saja.
"ok. i'll wait. see you then." dia menutup telepon lebih dulu.
tak pernah kubayangkan semudah itu bagiku untuk menghubungi dan mendengar suaranya lagi. ternyata setelah aku bertemu dengan hyung beberapa waktu lalu, mampu mengubah kenyataan dalam hidupku. hal yang semula hanya aku bayangkan, kini aku merasa mulai mendekati kenyataan.
tak terasa aku tersenyum ketika keluar dari toilet, dan terlambat menyadari bahwa taka masih berdiri menungguku. mungkin taka melihat ada binar bersinar di mataku.
"kau kenapa? sebentar tadi kau terlihat sakit, sekarang sudah baikan?"
"o...oh... iya. aku baru saja mendapat kabar baik." sahutku berbohong. jika bohongku kali ini ketahuan, tak apalah. aku merasa lega dan begitu bahagia.
sambil memijit kepalaku seakan mampu meredam hantaman palu di kepalaku, aku berjalan menyusuri lorong menuju ruang kerja. tadi selama di dalam lift pun aku mencoba untuk tidak bereaksi dengan sekitarku. aku ingin segera berlalu begitu saja dan segera duduk di meja kerjaku. sepintas kulirik taka di seberang mejaku. dia sedang sibuk dengan tugasnya. untungnya dia tidak memperhatikanku.
masih tergambar dengan jelas dalam tidurku semalam. aku seperti merasakan keresahan yang luar biasa dari Yonggi. dia seperti merintih dengan duka di hatinya, sambil memegang dadanya, dia membisikkan namaku. aku bahkan melihat air mata menetes dari sudut matanya. dalam hati aku bisa merasakan kalimatnya, aku merindukanmu, diulang-ulang dia bisikkan ke arahku.
aku terbangun dengan peluh membasahi baju tidurku. aku seperti terlempar dari dunia lain. aku terengah-engah menatap nanar ke sekeliling, seakan mencari dimana Yonggi. berharap dia hanya beringsut ke ruang sebelah atau apa, namun aku sadar aku hanya berhalusinasi. hal yang malah membuat kepalaku semakin berat.
dengan tangan masih sesekali memijit kepala, aku pamit ke toilet. aku merasa tatapan mata taka mengikutiku. dan ternyata memang iya. sebentar kemudian di depan pintu toilet aku mendapati dia menghadang langkahku.
"kau tak apa-apa?"
"tidak. aku hanya kurang tidur semalam, sekarang kepalaku terasa agak berat." aku beringsut berlalu ke dalam toilet. sebenarnya aku benar-benar risi dengan perhatiannya yang menurutku tidak perlu. aku sudah pernah menolaknya, seharusnya dia menghindariku juga, namun yang terjadi malah sebaliknya. dia masih saja menaruh perhatian yang besar terhadapku. hingga aku sendiri merasa tak enak dibuatnya.
di dalam toilet, kuambil ponselku, setelah kubuka, sesaat yang melintas di benakku hanyalah kerinduan untuk mendengar suara yonggi. aku masih membayangkan, kira-kira reaksi yonggi seperti apa jika aku menelponnya, ketika tanganku ternyata tidak sejalan dengan otakku, tiba-tiba saja aku sudah menekan tombol call, dan sudah tersambung dengan yonggi. sedikit tergagap kutempelkan ponsel ke telingaku dan kudengar suara yonggi di seberang,
"hallo."
sapaan singkat yang mampu melipatgandakan deburan jantungku. kembali aku mengumpulkan kekuatan untuk menjawabnya,
"hai." hanya itu yang sementara bisa aku suarakan padanya. setelahnya kudengar kalimatnya lagi,
"im in the midle of practicing. "
"sorry." sahutku.
"its ok. time for break, huh. so what is up?" sepertinya dia pun enggan untuk memutus telepon.
"aku hanya....aku hanya...." kalimatku menggantung karena aku sendiri bingung harus mengatakan apa, karena tak ada kalimat lain selain "aku merindukanmu".
"aku bermaksud ke tempatmu, bisakah kau sms alamatmu?" kalimat yonggi terasa tajam menembus jantungku. aku terbata saat mengiyakan, "i...iya" dan malah tak terasa aku sudah membungkuk seperti dia berada di depanku saja.
"ok. i'll wait. see you then." dia menutup telepon lebih dulu.
tak pernah kubayangkan semudah itu bagiku untuk menghubungi dan mendengar suaranya lagi. ternyata setelah aku bertemu dengan hyung beberapa waktu lalu, mampu mengubah kenyataan dalam hidupku. hal yang semula hanya aku bayangkan, kini aku merasa mulai mendekati kenyataan.
tak terasa aku tersenyum ketika keluar dari toilet, dan terlambat menyadari bahwa taka masih berdiri menungguku. mungkin taka melihat ada binar bersinar di mataku.
"kau kenapa? sebentar tadi kau terlihat sakit, sekarang sudah baikan?"
"o...oh... iya. aku baru saja mendapat kabar baik." sahutku berbohong. jika bohongku kali ini ketahuan, tak apalah. aku merasa lega dan begitu bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar